Berikut ini penawaran tingkat imbal hasil Term Deposit Valas DHE yang diberikan oleh Bank Indonesia:
Nominal Penempatan | Tenor 1 bulan | Tenor 3 bulan | Tenor 6 bulan |
US$ 1 juta < US$ 5 juta | 4,54% | 4,82% | 5,10% |
US$ 5 juta - US$ 10 juta | 4,59% | 4,87% | 5,15% |
> US$ 10 juta | 4,64% | 4,92% | 5,20% |
Keperkasaan Dollar
Pertanyaannya, apakah langkah ini cukup untuk menahan pelemahan rupiah. Tekanan eksternal pada mata uang nasional memang sulit untuk terhindarkan sebagai dampak langsung dari rezim devisa bebas yang dianut oleh Indonesia. Sampai pukul 14:24 WIB, Kamis (2/3/2023), indeks Dolar AS terus menguat ke 104,75 pada dan membuat mata uang lawannya terpuruk. Nilai tukar rupiah pun terperosok lagi ke kisaran Rp 15.278/US$.
Pasar swap memperkirakan tingkat kebijakan bunga The Fed akan mencapai puncaknya di level 5,5% pada September nanti.
CME Group, marketplace derivatif, memprediksi Juli nanti bunga acuan The Fed atau biasa disebut juga Fed Fund Rate (FFR) akan melambung ke 5,75% pada Juli 2023. Sebagian pelaku pasar global memperkirakan puncak The Fed akan terhenti di 6% tahun ini.
Spekulasi itu meluas ke pasar keuangan di seluruh dunia dan menekan pasar kendati ada kabar positif dari perkembangan ekonomi China pasca berakhirnya kebijakan nol Covid-19. Yield US Treasury tenor 10 tahun menembus 4,02% pada 14.13 WIB, Kamis (2/3/2023).
“Kabar baik dari China adalah apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar saat ini ketika secara global kita melihat kekhawatiran terkait inflasi [dan arah bunga] tidak akan hilang,” ujar Charu Chanana, ahli strategi pasar senior di Saxo Capital Markets saat bicara di Bloomberg TV.
Walau bangkit, China di sisi lain juga membuka risiko kenaikan permintaan global dan itu bisa berimbas juga pada inflasi.
Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, menilai kekhawatiran pasar bersumber dari kecemasan terhadap kondisi pasar tenaga kerja yang diperkirakan masih akan berlanjut menguat sampai bulan lalu sehingga inflasi AS yang melejit pada Januari akan berlanjut lagi di Februari 2023.
“Saat ini investor menunggu konfirmasi rilis data PMI ISM sektor jasa yang akan dirilis besok dan data pasar tenaga kerja Amerika pekan depan,” ujarnya pada Bloomberg Technoz, Kamis siang.
PMI ISM sektor jasa adalah indeks komposit yang diperhitungkan sebagai indikator kondisi ekonomi keseluruhan untuk sektor non manufaktur. Kemarin data PMI manufaktur AS sudah dirilis dan masih bertahan di level kontraksi meski semakin mendekati zona kontraksi.
Berharap DHE
Meskipun demikian, BI selaku otoritas moneter masih percaya tekanan pada rupiah belakangan ini sifatnya hanya sementara. Begitu kepastian kondisi AS mulai lebih teraba, rupiah akan kembali melandai volatilitasnya.
Cadangan devisa pada Januari lalu masih cukup melimpah di US$ 139,4 miliar. Bila tekanan eksternal terus berlanjut, cadangan devisa bisa semakin terkuras dan itu menjadi kabar kurang bagus bagi perekonomian domestik.
Oleh karenanya BI tidak bisa sekadar berharap tekanan eksternal mereda dengan sendirinya. Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang digadang-gadang diharap bisa membantu rupiah agar bertahan di tengah gempuran sentimen negatif resmi meluncur bulan ini.
Sampai tanggal 1 Maret 2023, sudah ada 20 bank yang dapat menempatkan dana nasabah eksportir DHE melalui TD Valas DHE di Bank Indonesia.
Menurut BI, penempatan DHE pada instrumen ini memberikan keuntungan bagi para eksportir dan juga bank yang ditunjuk. Pertama, suku bunga valas yang kompetitif memperhatikan tiering nominal dan tenor.
Kedua, pengecualian dana dari komponen dana pihak ketiga (DPK) untuk perhitungan Giro Wajib Minimum (GWM) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).
Ketiga, agent fee atau spread kepada bank memperhatikan tenor TD Valas DHE.
Kebijakan ini diatur dalam PBI No. 24/18/PBI/2022 tentang Perubahan Kedua atas PBI No. 21/14/PBI/2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Pembayaran Impor.
Eksportir bisa mendapatkan bunga sampai sebesar 5,2% bila menempatkan dana di instrumen tersebut, tergantung dari nilai dana yang ditempatkan dan tenor penyimpanan. Tingkat imbal hasil itu sejalan dengan tingkat imbal hasil deposito dolar AS global.
Selama ini deposit valas di perbankan domestik hanya mendapatkan bunga penjaminan LPS di kisaran 2,25%, kalah dari tingkat bunga deposito valas di bank-bank di luar negeri seperti di Singapura. Alhasil, para eksportir kurang berminat menempatkan valas mereka di perbankan dalam negeri.
Bank Indonesia meyakini tawaran bunga TD Valas DHE akan bisa menarik dana eksportir kembali pulang. Direktur Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto, mengungkapkan, baik bank maupun eksportir komoditas menyambut baik hadirnya fasilitas baru itu, demikian dikutip oleh Bloomberg News.
Beberapa eksportir telah menunjukkan minat dan kemungkinan akan berpartisipasi dalam penawaran awal, sementara beberapa masih perlu menghitung dan menyesuaikan kewajiban bayar mereka, jelas Edi.
“Kami telah memeriksa suku bunga deposito valas dolar AS yang ditawarkan di luar negeri, termasuk Singapura,” kata Edi. Bunga yang ditawarkan BI tidak berbeda jauh.
Instrumen baru ini diharapkan dapat membantu BI menstabilkan pergerakan rupiah dan menahannya dari tekanan eksternal yang semakin dalam. Selama Februari, dana asing keluar dari pasar domestik senilai US$ 498 juta, terutama dari pasar obligasi dan membuat rupiah melemah sebesar 1,7%.
Dalam pernyataan sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, kebijakan DHE ini akan mendorong kenaikan cadangan devisa hingga sebesar US$ 50 miliar per tahun.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa instrumen baru BI akan dapat menjadi game-changer yang bisa meningkatkan suplai dolar AS di pasar dalam waktu dekat. Pasalnya, dalam jangka pendek, bunga di Amerika dan Eropa masih akan tinggi sehingga para eksportir, menurutnya akan memilih "wait and see" sampai tingkat bunga lebih stabil.
(rui)