Logo Bloomberg Technoz

Menurut Fusion for Energy, proyek kolaboratif antara Eropa dan Jepang ini menghabiskan sekitar 560 juta Euro (sekitar Rp9,5 triliun) hanya untuk tahap konstruksi.

Perakitan dimulai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2020. Sejak saat itu, beberapa perbaikan teknis telah dilakukan untuk memungkinkan operasi plasma pertama dimulai awal Desember ini.

Matahari Buatan China

China sendiri punya proyek matahari buatan bernama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) yang telah dimulai sejak tahun 2006.

Matahari bernama HL-2M Tokamak ini adalah penelitian eksperimen nuklir terbesar dan tercanggih yang pernah dilakukan di dunia. Peneliti berpendapat bahwa reaktor ini dapat berfungsi sebagai sumber energi bersih yang kuat dan ramah lingkungan.

Metode ini akan menghasilkan energi yang lebih aman dan bersih daripada reaktor nuklir konvensional. Dengan menggunakan medan magnet untuk memadukan plasma panas, matahari bereaktor nuklir ini dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat Celcius, 10 kali lebih tinggi daripada suhu matahari normal.

Pada beberapa tahun sebelumnya, proyek ini mengalami beberapa kemajuan; salah satunya, pada tahun 2022, berhasil menyala selama 17 menit atau 1.056 detik.

Seperti matahari buatan Jepang, proyek ini melibatkan ilmuwan dari 35 negara dan bertujuan untuk menggunakan fusi nuklir untuk menghasilkan sumber energi baru.

China bekerja sama dengan Amerika Serikat, Uni-Eropa, Rusia, Jepang, India, dan Korsel untuk mencapai tujuan ini. Di provinsi Sichuan barat daya, proyek ini berhasil diselesaikan pada akhir 2019.

Suhu EAST, yang mencapai lebih dari 150 juta derajat Celcius, dicapai melalui penggunaan medan magnet dan plasma panas.

(ros/wep)

No more pages