Bloomberg Technoz, Jakarta — Permintaan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk pasar luar negeri diproyeksi masih terjaga, terutama dari China dan India. Atas hal ini, beberapa emiten sektor perkebunan dinilai akan memiliki keuntungan investasi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan, dalam laporan terbarunya menyebut, akibat kebijakan pembukaan kembali China dan produksi minyak nabati pengganti dari India yang kurang baik, emiten perkebunan Indonesia akan diuntungkan.
“Kami memiliki pandangan bahwa permintaan atas CPO akan tetap utuh,” kata Rizkia dalam laporannya, Kamis (02/03/2023).
Dia menambahkan, rantai pasok minyak nabati dunia diprediksi terganggu. Produksi minyak nabati dunia juga ditaksir lebih rendah. “Ke depannya, kami memperkirakan pasokan minyak nabati dunia masih akan cenderung terbatas akibat cuaca yang kurang menguntungkan,” paparnya.
Meski terdapat hambatan, tonase produksi dari dua negara penghasil CPO dunia—Indonesia dan Malaysia—masih memiliki potensi untuk mencapai level batas sehingga akan muncul gejolak harga sepanjang tahun ini.
Rizkia memprediksi ada titik keseimbangan baru dalam hal suplai dan permintaan minyak sawit dunia. “Kami mengalihkan coverage kami dari analis sebelumnya dengan pandangan netral terhadap sektor CPO,” ucap dia.
Dua saham yang direkomendasikan di sektor perkebunan CPO adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Astra Agro Lestari mencatatkan penurunan laba bersih tahunan sebesar 12% menjadi Rp1,73 triliun pada 2022. Namun, perseroan juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 10% year on year (yoy) menjadi Rp21,83 triliun. Saldo ekuitas AALI per Desember 2022 mencapai Rp22,2 triliun dengan liabilitas senilai Rp7 triliun.
Emiten LSIP mencatat laba yang diatribusikan kepada entitas induk tahun lalu sejumlah Rp1,03 triliun. Raihan ini meningkat 4,4% dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Pendapatan dari kontrak pelanggan PP London Sumatra naik tipis 1,32% yoy ke level Rp4,58 triliun. Catatan ekuitas LSIP Rp10,9 triliun dengan total liabilitas Rp1,48 triliun tahun lalu.
Di luar dua emiten fokus Mirae, catatan perusahaan sejenis berskala besar adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang mencatatkan laba bersih Rp2,98 triliun tahun lalu, naik 157% yoy. Penjualan TAPG tercatat Rp9,34 triliun, naik 48% dari posisi tahun sebelumnya Rp6,27 triliun.
Terdapat pula PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), yang mencatat kenaikan laba bersih anual sebesar 63% menjadi Rp1,2 triliun. Penjualan DSNG juga mengalami peningkatan 35% yoy menjadi Rp 9,6 triliun.
Emiten lain, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) membukukan kenaikan laba bersih 58,2% yoy menjadi Rp806,32 miliar dalam catatan kinerja kuartal III-2022. Penjualan SGRO naik tipis 0,12% yoy menjadi Rp3,91 triliun.
(wep/wdh)