Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah kejatuhan nilai dolar Amerika Serikat (AS) yang terseret sentimen dovish bank sentral, rupiah malah tidak mampu melanjutkan penguatan lebih lanjut dalam pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (15/12/2023), di pasar spot.
Rupiah dibuka langsung melemah ke kisaran Rp15.531/US$, tergerus sedikitnya 0,18% dibanding level penutupan kemarin. Pelemahan rupiah tepat berlangsung ketika Badan Pusat Statistik hari ini mengumumkan kinerja ekspor Indonesia, sesuai dugaan, semakin meluncur turun.
Pelemahan rupiah juga berlangsung di tengah pergerakan mata uang Asia hari ini yang bervariasi di mana mata uang Indonesia mencatat pelemahan terdalam disusul yuan China yang melemah 0,17%, lalu dolar Taiwan yang tergerus 0,1%, lalu won Korea Selatan yang melemah 0,08%.
Sementara mata uang kawasan Asia Tenggara lain seperti baht Thailand, ringgit dan peso Filipina malah bergerak menguat meninggalkan rupiah yang terperosok. Rupee India juga menguat meski tipis sebesar 0,09%.
Pelemahan rupiah ini agak anomali di kala nilai dolar AS di pasar global semakin melemah hingga ke level terendah dalam lima bulan terakhir akibat kian kuatnya sentimen dovish Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS.
Rupiah kemungkinan tertekan sentimen dari data kinerja neraca dagang yang memperlihatkan laju ekspor RI melanjutkan penurunan, terpangkas 8,56%, sementara impor juga melemah juga diprediksi kian melemah sehingga neraca dagang RI diperkirakan masih surplus.
Pelemahan rupiah juga berlangsung ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat hari ini 0,27%.
(rui)