"Kami tidak berusaha menyelesaikan semua ketidaksetujuan kami atau menghindari semua goncangan," kata Yellen. "Tetapi kami bertujuan membuat komunikasi kami tangguh sehingga ketika kami tidak setuju, ketika goncangan terjadi, kami mencegah kesalahpahaman yang memicu eskalasi dan menyebabkan kerugian."
Masing-masing duta besar kedua negara membacakan surat dari presiden mereka yang mengucapkan terima kasih kepada dewan atas dukungan terhadap hubungan antara kedua negara selama bertahun-tahun, dan menyatakan optimisme terkait hubungan AS-China.
Yellen telah muncul sebagai sosok "polisi baik" dalam penanganan terhadap hubungan AS dan China dalam pemerintahan Biden. Dia secara bertahap membangun hubungan dengan pimpinan ekonomi negara tersebut.
Yellen berkunjung ke Beijing pada bulan Juli dan melakukan pembicaraan intensif dengan Wakil Perdana Menteri He Lifeng bulan lalu di San Francisco. Dia juga ikut serta dalam pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.
Sepanjang perjalanannya, Yellen menggunakan strategi kompartementalisasi, menghadapi China di bidang-bidang tertentu sambil secara bersamaan mengejar kerja sama di bidang-bidang lain.
Yellen juga menekankan pentingnya menggunakan pertukaran informasi dengan China untuk memahami negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
"Mengerti rencana-rencana China, terutama bagaimana China berniat menanggapi tantangan-tantangan dengan utang pemerintah lokal dan pasar properti, atau bagaimana China akan bereaksi apabila terjadi pelemahan-pelemahan tak terduga dalam ekonominya, sangat penting bagi kami yang bertugas merancang kebijakan di Amerika Serikat," katanya.
Untuk itu, Yellen mengatakan bahwa dia berusaha meningkatkan pertukaran antara regulator keuangan di AS dan China. Sebagai contoh, kedua negara sedang memfasilitasi diskusi tentang bagaimana masing-masing pihak mungkin menangani kegagalan bank global secara sistemik.
Kepala Departemen Keuangan itu mengatakan pemerintahan Biden telah "mengoreksi arah" kebijakannya yang lebih luas terhadap China setelah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
"Pemerintahan Trump gagal berinvestasi di dalam negeri di area-area penting seperti infrastruktur dan teknologi canggih, sambil juga mengabaikan hubungan dengan mitra dan sekutu kami yang telah terbentuk dan diperkuat selama beberapa dekade," katanya. "Strategi Pemerintahan Biden terhadap China dimulai dengan berinvestasi di dalam negeri dan membangun kembali aliansi di luar negeri."
Yellen juga mengulangi kritiknya terhadap kebijakan China yang menurutnya telah merugikan para pekerja dan perusahaan-perusahaan AS dengan menciptakan lapangan kerja yang tidak adil.
"China menggunakan praktik ekonomi yang tidak adil, mulai dari alat-alat non-pasar, hambatan akses bagi perusahaan asing, hingga tindakan-tindakan pemaksaan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika," ujarnya.
Yellen menambahkan, beranjak dari pendekatan ekonomi yang digerakkan oleh negara di bidang industri dan keuangan juga akan memberikan manfaat bagi China. "Peran yang terlalu besar untuk badan usaha milik negara dapat merugikan pertumbuhan, dan peran yang berlebihan dari aparat keamanan dapat menghentikan investasi."
(bbn)