Menurut dia, korupsi merupakan ancaman yang dapat menggagalkan ikhtiar untuk menciptakan dunia yang sejahtera, serta mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan penderitaan. Ini semua dapat ditebas dengan mudah dan digagalkan oleh korupsi, musuh yang sangat nyata.
Melawan dan memberantas korupsi memang tidak akan bisa dilakukan sendiri. Maka itu, dia mengimbau masyarakat untuk berperang melawan korupsi secara bersama-sama dalam sebuah sistem dan institusi.
"Saya tekankan pada kesempatan ini, komitmen saya penuh dan tidak akan pernah lelah melawan korupsi. Saya tidak akan menyerah dalam peperangan untuk kebaikan negeri dan umat manusia ini. The ultimate war," tutur Sri Mulyani.
Dalam kesempatan berbeda, ketika menjadi dosen tamu dalam Public Lecture Indonesia Project and The Australian National University (ANU) Arndt-Corden Department of Economics di Canberra, Australia, Sri Mulyani menyatakan ekonomi Indonesia harus tumbuh di kisaran 6% hingga 7% agar dapat mencapai target menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Namun syaratnya, defisit anggaran negara tidak boleh berada di level yang tinggi.
Saat itu, Sri Mulyani menceritakan perjalanan transformasi perekonomian Indonesia hingga target untuk menjadi negara berpendapatan tinggi. Menurut dia, banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut, mulai dari terjadinya krisis keuangan global, inflasi tinggi, geopolitik, hingga perubahan iklim.
“Jadi untuk mencapai pertumbuhan 6% hingga 7% ini tentunya memerlukan kombinasi kebijakan fiskal, tidak boleh hanya berasal dari sumber daya pemerintah. Indonesia tidak bisa memiliki pertumbuhan yang tinggi tapi dengan defisit yang juga tinggi. Ini tidak akan berkelanjutan. Mungkin baik-baik saja dalam jangka pendek, namun tidak baik dalam jangka menengah,” papar Menkeu, dikutip Kamis (14/12/2023).
Hingga saat ini, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) berperan penting sebagai peredam guncangan, menjaga stabilitas nasional, hingga mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Ke depan, APBN akan terus hadir melindungi masyarakat, menjaga momentum pemulihan ekonomi, terutama dalam merespon berbagai ketidakpastian perekonomian global.
(lav)