Logo Bloomberg Technoz

Melansir informasi yang dibagikan oleh situs berita Maroko, Maroc Hebdo, raksasa waralaba Kuwait, Al Shaya Morocco yang mengelola H&M dan Starbucks tersebut dikabarkan terdampak hebat oleh aksi boikot yang dilakukan sejak 7 Oktober 2023.

"Kedua merek tersebut menderita akibat boikot komersial yang dikeluarkan oleh Maroko setelah agresi Israel di Jalur Gaza," tulis Maroc Hebdo, dikutip Kamis (14/12/2023).

Dalam laporan tersebut, H&M dan Starbucks diduga berperan aktif memberikan dukungan finansial kepada Israel selama konflik berlangsung. Namun, H&M dan Starbucks tidak secara terang-terangan mengonfirmasi hal tersebut.

Kedua perusahaan raksasa itu justru menyebut tutupnya sejumlah tenant miliknya di Maroko didorong oleh kondisi pasar Maroko yang dinilai sudah tidak lagi menarik.

"Secara resmi, kedua merek asing tersebut menyebut kepergiannya atas dasar bahwa pasar Maroko sudah tidak lagi menarik bagi bisnis mereka," tulis Maroc Hebdo.

2. Puma Stop Sponsori Timnas Bola Israel

Puma SE akan mengakhiri sponsorship terhadap federasi sepak bola Israel setelah tahun 2024.

Keputusan tersebut disebut tidak ada hubungannya dengan perang di Gaza yang dimulai pada Oktober, dan dibuat pada akhir tahun lalu sebagai bagian dari strategi baru Puma yang "lebih sedikit, lebih besar, lebih baik," kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan via email.

Asal tahu saja, merek ini telah menghadapi seruan boikot di beberapa negara karena dukungannya terhadap tim sepak bola Israel.

Asosiasi Sepak Bola Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka punya opsi untuk memperpanjang kontrak hingga 2026. Namun, mereka memilih untuk tidak melakukannya.

Sebagai bagian dari pendekatan baru, Puma akan membiarkan kontraknya dengan tim sepak bola Serbia berakhir tahun depan dan akan memperkenalkan dua sponsor yang baru ditandatangani lebih awal tahun ini dan awal tahun 2024.

3. Starbucks Rugi Ratusan Triliun

Selama sebulan terakhir, Starbucks mengalami penurunan nilai pasar sebesar hampir US$12 miliar (sekitar Rp186 triliun).

Starbucks mengalami kerugian karena penjualan dilaporkan menurun di tengah penurunan daya beli pelanggan dan meningkatnya ketidaksepakatan perusahaan dengan karyawannya sendiri.

Ada juga yang berspekulasi bahwa boikot serangan Israel ke Gaza adalah penyebab penurunan nilai tersebut.

Harga saham kedai kopi tersebut turun setiap minggu, mengikuti tren industri makanan ringan dan kopi. Ini terjadi meskipun penjualan kedai kopi meningkat lebih dari perkiraan sebesar 8% pada kuartal fiskal keempat.

(ros/wep)

No more pages