Logo Bloomberg Technoz

Berikut ini beberapa yang bisa Anda pertimbangkan menurut rekomendasi dari Tim Riset Bloomberg Technoz:

Deposito Bank Digital

Bank digital banyak yang masih berlomba menawarkan imbal hasil deposito jauh melampaui tingkat inflasi satu dekade terakhir. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mencatat rata-rata inflasi sebesar 3,81% di mana inflasi tertinggi terjadi pada Desember 2014 di angka 8,36% dan terendah pada Agustus 2020 sebesar 1,32%. Saat ini, inflasi RI ada di angka 2,86% dan tahun depan diperkirakan di kisaran 1,5%-3,5%. 

Sementara tingkat bunga deposito bank digital masih banyak yang ditawarkan di angka tinggi, melampaui bank-bank umum. Misalnya, deposito yang dilansir oleh Bank Neo Commerce dengan iming-iming bunga di atas 6% per tahun. Ada juga deposito yang ditawarkan oleh Jenius di angka 5%, atau Seabank sebesar 6%. Bahkan bank digital baru milik Grup Astra, Bank Saqu berani menawarkan hingga 10% untuk produk simpanan tertentu.

Namun, perlu diingat, tawaran bunga tinggi untuk produk simpanan ini tidak memiliki jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Saat ini bunga penjaminan LPS masih di 4,25%. Dengan demikian, produk simpanan yang memberikan bunga di atas level angka itu, tidak akan diganti bila terjadi apa-apa di kemudian hari terkait bank tersebut.

Deposito BPR

Bukan hanya bank digital yang gencar menawarkan deposito berbunga tinggi. Bank rakyat alias Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga banyak yang memberikan iming-iming bunga tinggi. 

Salah satunya adalah Bank Universal, BPR yang berpusat di Tangerang Selatan. Bank rakyat ini memberikan imbalan simpanan berjangka tertinggi hingga 6,75% untuk tenor terpanjang 24 bulan. 

Beberapa BPR lain juga masih banyak yang memberikan rate di kisaran 5,5% seperti BPR Intidana, dan lain sebagainya. Level bunga itu masih di bawah bunga penjaminan LPS yang saat ini dibanderol di 6,75%. 

Reksa Dana Pasar Uang

Produk investasi pasar modal ini cocok untuk mendukung keperluan Anda yang ingin membiakkan pendapatan di instrumen yang cukup likuid. Reksa dana pasar uang bisa memberikan imbal hasil 5%-6% dalam setahun, tidak kalah tinggi dengan deposito bank umum.

Namun, sebagaimana produk investasi, reksa dana pasar uang tidak memiliki jaminan apapun. Artinya, dana yang Anda investasikan bisa tergerus dan bisa juga bertumbuh sesuai kinerja reksa dana tersebut. Kelebihannya adalah, reksa dana pasar uang cukup likuid di mana investor bisa menguangkan dananya tanpa memakan waktu lama.

Reksa Dana Pendapatan Tetap

Masih di kelompok reksa dana, instrumen reksa dana berpendapatan tetap juga bisa jadi pertimbangan. Kinerjanya ketika bunga tinggi seperti saat ini, masih cukup baik. Imbal hasil investasi di reksa dana pendapatan tetap bisa mencapai 10% per tahun. 

Reksa dana ini juga tidak memiliki penjaminan karena termasuk produk investasi sehingga ada risiko penurunan nilai modal bila kinerjanya buruk. Sebaliknya, bila kinerjanya bagus, potensi keuntungan juga cukup menarik melampaui imbal hasil simpanan di bank.

SBN Ritel

Ada banyak pilihan Surat Berharga Negara (SBN) yang bisa jadi pertimbangan tempat berinvestasi. Mulai dari saving bond ritel atau sukuk tabungan, hingga obligasi ritel (ORI) atau sukuk ritel. Berkaca pada penerbitan yang sudah berlangsung, imbal hasil SBN ritel hampir selalu di atas rata-rata tingkat bunga deposito bank umum.

Yang menarik, meski produk investasi, SBN ritel memiliki risiko yang jauh lebih kecil karena penerbitnya negara yang hampir tidak mungkin default atau gagal bayar. Sebagai gambaran, untuk sukuk tabungan seri terakhir ST011 yang sudah ditutup masa pemesanannya pekan lalu, pemerintah menawarkan imbalan 6,3%-6,5% untuk tenor dua dan empat tahun.

(rui/aji)

No more pages