Sektoral saham teknologi dan saham keuangan menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 5,36% dan 1,9%, disusul oleh menguatnya saham properti sebesar 1,87%. Sedangkan, sektoral saham infrastruktur mengalami koreksi 0,91%.
Sejumlah saham-saham teknologi yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT IndoInternet Tbk (EDGE) yang meroket hingga 19,8%, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang melesat mencapai 13% juga dengan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menguat 5,62%.
Senada, saham keuangan juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) meroket 13,2%, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) melesat naik 7,45% dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menguat 4,69%.
Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak menghijau. Indeks Kospi menguat 1,19%, indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,13%, indeks Strait Times Singapore menguat 0,86%, indeks Shanghai Composite terapresiasi 0,12% dan indeks Nikkei 225 melemah 0,71%.
Saham-saham di Asia kompak menguat pada perdagangan Kamis setelah Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mengisyaratkan akan mulai memangkas suku bunga tahun depan.
"Suku bunga yang lebih rendah bagus untuk valuasi teknologi di kawasan ini sementara dolar yang lebih rendah dan kondisi keuangan yang lebih mudah mengurangi tekanan pada properti dan sedikit meningkatkan risiko sistemik," mengutip Kyle Rodda, Analis Senior di Capital.com di Melbourne dalam catatan seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Semalam, The Fed memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan kisaran target suku bunga acuan pada 5,25%5,5%, yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2001.
Pada kesempatan yang sama, para pembuat kebijakan tidak memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut dalam proyeksi mereka untuk pertama kalinya sejak Maret 2021, berdasarkan estimasi median.
Proyeksi tersebut mencerminkan para pejabat memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada tahun depan, sebuah laju pemotongan yang lebih tajam dibandingkan dengan yang diindikasikan sebelumnya pada bulan September.
The Fed juga mengakui bahwa "Inflasi telah mereda selama satu tahun belakangan, tetapi tetap tinggi." Mereka menambahkan, pertumbuhan ekonomi telah melambat dari "Laju yang kuat" pada kuartal ketiga.
Proyeksi median untuk inflasi menurun pada tahun 2024 dan 2025. Sementara proyeksi pengangguran tidak banyak berubah. Hal ini mengindikasikan meningkatnya kepercayaan diri para pejabat The Fed bahwa mereka dapat meredam kenaikan harga tanpa kehilangan pekerjaan yang besar.
(fad)