"Kalau ada temuan dan diindikasikan adanya pelanggaran, tentunya akan diperiksa untuk membuktikan indikasi tersebut," ujar Djustini kepada Bloomberg Technoz, Kamis (14/12/2023).
"Jika terbukti melanggar, tentunya ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bursa Bisa Goyah
Pergerakan saham Barito Renewables (BREN) dan Grup Barito lainnya turut mendapat sorotan dari mantan petinggi Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Zein.
Dalam postingan di salah satu media sosialnya, Hasan bahkan mengatakan, bursa saham bisa goyah jika saham Grup Barito berbalik arah. Ini karena 16% market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berasal dari saham Grup Barito.
Berikut postingan Hasan Zein.
"Sahabat investor,
Cuma satu kata: Luar biasa!
Prajogo Pangestu menyihir pasar Modal Indonesia.
Semua mata, semua perhatian, bahkan mungkin semua dana terfokus, terpusat, tertumpu pada lima perusahaan di bawah kendalinya.
Hampir 16% kapitaslisasi pasar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, kini sekitar Rp 11.506 triliun, berada di bawah kendali Prajogo Pengestu.
Nilai kapitalisasi 5 emiten di bawah kendali Prajogo Pangestu mendekati Rp 1.800 triliun. Kalau jumlah itu dikeluarkan, balon BEI bisa oleng bagai pesawat terbang di hampa udara.
Kita lihat contoh angka angka fantastis ini. CUAN yang listing belum setahun harga sahamnya sudah naik lebih dari 49 kali lipat. Menggunakan indikator primitif, PER nya 520 kali, PBV 74 kali.
Lalu yang paling anyar, BREN yang baru masuk bursa dua bulan lalu, kini menyodok menjadi saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI. Menyalip BBCA yang memegang mahkota itu belasan tahun.
Selama dua bulan harga saham BREN sudah naik hampir 11 kali lipat. Indikator primitif PER tercatat 617 kali dan PBV 271 kali.
Tiga perusahaan paling gede di bawah pengendalian Prajogo Pangestu kini bercokol dalam deretan 10 emiten, dengan kapitalisasi paling besar di BEI, yakni BREN, TPIA dan BRPT
Prajogo Pangestu dengan pasti melangkah menjadi orang terkaya Indonesia. Bersama dia, Alhamdulillah, ribuan pemegang saham yang beruntung memiliki saham saham perusahaan Prajogo Pangestu ikut terangkat ke tingkat lebih tinggi secara materi.
Hanya satu kata, luar biasa
Sebagai penganut aliran fundamental yang setia, saya minggir menjadi penonton. Makanan dengan gizi yang terlalu tinggi, tak cocok bagi pencernaan saya.
Selamat berpesta. Dari jauh saya ikut bergembira!"
JP Morgan Turunkan Rating
Sebelumnya, JP Morgan menurunkan peringkat atau rating saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi underweight dari sebelumnya neutral. Ini ada kaitannya dengan pergerakan dua saham entitas Grup Barito, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Dalam riset JP Morgan, Rabu (13/12/2023) dijelaskan, harga saham Barito Pacific (BRPT), yang merupakan induk dari Grup Barito, yang sejak 2 November 2023 telah naik 60% jelas melampaui performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kenaikan itu didorong oleh lonjakan harga saham dua Grup Barito, Barito Renewables (BREN) dan Chandra Asri (TPIA) belakangan ini.
"JP Morgan tidak melihat adanya perubahan outlook pertumbuhan kinerja BREN dan TPIA yang memberikan alasan untuk melakukan reli seperti itu," seperti dikutip dari riset tersebut.
"Dalam pandangan JP Morgan, dengan EBITDA lebih dari 100 kali baik untuk Barito Renewables (BREN) dan Chandra Asri (TPIA), kenaikan itu kemungkinan tidak bisa bertahan untuk 12 bulan ke depan."
Sehingga, bisa dibilang, hal itu yang menjadi faktor risiko untuk saham Barito Pacific (BRPT) di masa mendatang.
Terlebih, perbaikan kinerja keuangan Chandra Asri (TPIA) berjalan lambat. Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang baru diakuisisi oleh Barito Renewables (BREN) juga sejatinya tidak memberikan dampak signifikan.
Seperti diketahui, Barito Renewables (BREN) baru saja mengumumkan rencana akuisisi 100% saham PT Sidrap Bayu Energy, operator PLTB terbesar di Indonesia dengan kapasitas 75 megawatt (MW).
"Meski terbesar, Sidrap Bayu Energy hanya akan berkontribusi 2% terhadap net asset value (NAV) BREN."
Semua faktor tersebut mendorong JP Morgan menurunkan rating saham BRPT menjadi underweight, namun mempertahankan target harga Rp1.100/saham.
(dhf)