Logo Bloomberg Technoz

Skor membaca PISA untuk Indonesia turun 12 poin menjadi 359, jauh di bawah rata-rata dunia yang skornya 476 pada 2022. Capaian skor membaca PISA juga jauh dari target yang dicanangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 yang menargetkan di angka 392.

Sementara berdasarkan indeks nilai literasi budaya yang dilansir oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Tinggi, pada 2022 angkanya ada di 57,4, turun cukup dalam dibanding capaian 2020 yang indeksnya di angka 61,63.

Pengasuhan layak

BPS juga melansir data terbaru yang menjadi gambaran pengasuhan anak usia dini di Indonesia. Sebanyak 3,7% balita di Indonesia terindikasi pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak. "Persentase balita yang pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak sedikit lebih besar terjadi pada perempuan daripada laki-laki, dan sedikit lebih besar terjadi di perdesaan daripada perkotaan," jelas BPS.

Selain itu, pengasuhan tidak layak juga terlihat lebih besar terjadi pada anak yang tinggal bersama orang tua tunggal terutama di perdesaan dengan persentase mencapai 7,96%.

Anak usia dini dikatakan mendapatkan pengasuhan tidak layak jika dalam seminggu terakhir pernah dititipkan atau diasuh oleh anak usia kurang dari 10 tahun tanpa pengawasan orang dewasa selama lebih dari satu jam atau pernah ditinggalkan sendiri selama lebih dari satu jam.

Pedagang melayani calon pembeli mainan anak yang dijual di Pasar Gembrong, Jakarta, Senin (9/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bukan hanya itu, bila melihat status ibu bekerja atau tidak, ternyata persentase balita yang pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak pada ibu bekerja lebih besar daripada ibu yang tidak bekerja dengan persentase mencapai 5,88% dibandingkan 2,14% pada ibu yang tidak bekerja.

Kesehatan menurun

Hasil Susenas Maret 2023 juga memperlihatkan, sebanyak 36,21% anak usia dini mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir.

Bila dibandingkan dengan 2020, persentase anak usia dini yang mengalami keluhan kesehatan memang menurun sekitar 6 persen poin. Akan tetapi, sejak tahun 2021 persentase anak usia dini yang mengalami keluhan kesehatan meningkat setiap tahun.

"Pola yang sama juga ditunjukkan angka kesakitan anak usia dini. Dibandingkan tahun 2020, angka kesakitan anak usia dini menurun, namun cenderung meningkat sepanjang tahun 2021-2023. Pada tahun 2023, sedikitnya 17 dari 100 anak usia dini mengalami keluhan kesehatan yang mengganggu aktivitas sehari-harinya (sakit) selama sebulan terakhir," jelas BPS.

Secara umum, persentase anak usia dini yang pernah dirawat inap cenderung meningkat sejak dua tahun terakhir. Pada tahun 2023, sekitar empat dari 100 anak usia dini pernah dirawat inap setidaknya satu kali selama setahun terakhir.

Melihat tempat tinggal anak, data yang sama memperlihatkan bahwa pada 2023,persentase anak usia dini yang mengalami keluhan kesehatan di perkotaan lebih besar dibandingkan di perdesaan, yaitu 37,5% dibandingkan 34,48%. Sejalan dengan itu, angka kesakitan anak usia dini di perkotaan sedikit lebih besar yaitu 17,56% dibandingkan angka kesakitan anak usia dini di perdesaan 16,89%.

Boleh jadi tren kenaikan anak usia dini yang sakit terkait dengan masih tingginya anak yang tinggal bersama anggota rumah tangga (ART) perokok. Sebanyak 7 dari 10 anak usia dini tinggal bersama anggota rumah tangga yang perokok. Dilihat dari kelompok umur, semakin muda anak usia dini semakin besar persentase anak usia dini yang tinggal bersama ART perokok. Sebesar 72,25% bayi tinggal bersama ART perokok, sedangkan 69,62% anak usia 5-6 tahun tinggal dengan ART perokok.

(rui/roy)

No more pages