Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan keterlambatan operasional atau onstream beberapa megaproyek hulu migas menjadi salah satu faktor realisasi lifting di Indonesia masih melempem.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan keterlambatan tersebut diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan molornya berbagai proyek hulu migas.

“Proyek-proyek besar seperti Tangguh Train 3 maupun JTB [Jambaran Tiung Biru] tidak lepas dari pengaruh pandemi. Maka, 2 tahun proyek ini tergeser, sehingga yang diperkirakan akhir 2022 dan [bisa beroperasi] optimal 2023, ini bergeser,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, akhir November.

Sampai dengan Oktober, realisasi lifting minyak hanya sanggup menyentuh 621.000 bph, atau 91,6% dari target 2023.

(ibn/wdh)

No more pages