Episode penurunan bunga The Fed juga berlanjut pada Juni dengan probabilitas 66,2% sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Tidak berhenti di sana, pada FOMC Juli, bank sentral paling berpengaruh di dunia itu diperkirakan akan kembali menurunkan bunga acuan menjadi 4,5%, probabilitasnya mencapai 61%. Kemudian, pada September, ada peluang pemangkasan bunga The Fed menjadi 4,25%, peluangnya mencapai 56,1%.
Spekualasi berlanjut di mana pada November 2024, The Fed diprediksi menurunkan lagi bunga acuan menjadi 4% dengan tingkat probabilitas hingga 42,7%. Reli penurunan baru terhenti pada Desember tahun depan di mana FFR akan dipertahankan di 4% dengan probabilitas mencapai 36%.
Total penurunan FFR diprediksi mencapai 150 bps, dua kali lipat dibanding proyeksi yang terlontar dari dot plot FOMC yang dilansir semalam.
Spekulasi tajam pasar ini menurut analis tidak terlepas dari sinyal kuat berakhirnya siklus pengetatan ditambah pernyataan Jerome Powell, Chairman The Fed usai rapat yang tidak menolak gagasan penurunan bunga dalam waktu dekat.
Selain itu, data inflasi harga produsen, Producer Price Index (PPI) yang dilansir semalam untuk November juga semakin turun, lebih rendah dibanding prediksi pasar menjadi 0,9% year-on-year.
"Penurunan inflasi PPI yang melebihi proyeksi para pelaku pasar memungkinkan penurunan laju inflasi inti PCE [Personal Consumption Expenditure] bulanan di bawah 0.1% month-to-month pada November. Sehingga, spekulasi terhadap dovish pivot The Fed pada Maret semakin meningkat," jelas Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatan pagi, Kamis (14/12/2023).
Pasar keuangan global tersulut euforia di mana indeks saham di Wall Street kompak mencetak reli dan yield Treasury, surat utang AS, jatuh di bawah 4%. Indeks dolar AS terus melemah ke level terendah sebulan terakhir.
Alhasil, pasar domestik pagi ini ikut berpesta dengan rupiah menguat hingga menyentuh Rp15.483/US$ pagi ini, disusul IHSG yang dibuka langsung terbang dengan penguatan lebih dari 1%.
(rui/roy)