Lanskap ini akan memberi suntikan katalis bagi rupiah untuk menguat hari ini meski di sisi lain masih ada bayang-bayang sentimen dari China yang kemarin menjegal penguatan aset emerging market.
Di pasar forward pagi ini, kontrak Nondeliverable forward (NDF) rupiah bergerak di kisaran Rp15.508/US$, level yang lebih kuat dibanding posisi penutupan rupiah di pasar spot kemarin di Rp15.660/US$.
Dari sisi teknikal rupiah memiliki peluang penguatan dengan target potensial ke kisaran Rp15.590/US$ hingga Rp15.540/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati ada di Rp15.491/US$.
Adapun secara tren jangka menengah, nilai rupiah terkonfirmasi memiliki support di Rp15.705/US$, juga Rp15.740/US$ dan Rp15.770/US$ sebagai support terkuat, tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
The Fed pivot
The Fed mempertahankan bunga acuan dalam FOMC yang digelar 12-13 Desember kemarin, sesuai ekspektasi pasar. The Fed menahan bunga di 5,5%, tertinggi sejak 2001. Akan tetapi, dalam pernyataannya, bank sentral paling berpengaruh di dunia itu memberi sinyal paling jelas bahwa kampanye kenaikan suku bunga yang agresif telah selesai, dengan memperkirakan serangkaian pemotongan tahun depan.
Pejabat The Fed tidak memperkirakan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam proyeksi mereka untuk pertama kalinya sejak Maret 2021, berdasarkan estimasi median.
Proyeksi kuartalan menunjukkan bahwa para pejabat Federal Reserve memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin tahun depan, sebuah laju pemotongan yang lebih tajam dibandingkan dengan yang diindikasikan pada bulan September. Meskipun ekspektasi median untuk tingkat suku pada akhir tahun 2024 adalah 4,6%, ekspektasi individu sangat bervariasi.
'Dot plot' The Fed menunjukkan bahwa delapan pejabat melihat kurang dari tiga pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin tahun depan, sementara lima mengantisipasi lebih banyak lagi.
(rui)