Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan target penghapusan yang diinginkan oleh sebagian besar negara, kesepakatan ini merupakan terobosan baru: Baru kali ini text COP menyebutkan dengan jelas upaya peralihan dari minyak dan gas, bahan bakar yang telah menopang ekonomi dunia selama beberapa dekade.
Seberapa cepat hal tersebut menjadi kenyataan bukan lagi ditentukan oleh tawar-menawar diplomatik yang menghasilkan kesepakatan hari ini, akan tetapi oleh para investor, konsumen, dan pemerintahan negara.
Diketahui bahwa semenjak janji dua tahun lalu yang disepakati di Glasgow untuk mengurangi penggunaan batu bara, konsumsi bahan bakar fossil masih terus meningkat dan sangat kecil kemungkinannya bagi bumi untuk berhasil menahan kenaikan suhu global di bawah target Perjanjian Paris sebesar 1,5 °C.
Namun, keputusan Dubai menjadi tonggak penting bagi dunia menuju sistem energi rendah karbon. Teks yang disepakati juga mencakup komitmen untuk melipatgandakan penggunaan energi terbarukan dan mengangkat tingkat efisiensi pada akhir dekade ini.
Dilain sisi, kesepakatan COP28 terpisah yang disepakati sebelumnya menjadikan perolehan dana sebagai sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan dalam upaya mengatasi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim.
"Sebuah kesepakatan hanyalah sebaik implementasinya. Kita adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan," kata Al Jaber. "Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah kesepakatan ini menjadi tindakan nyata."
Jonathan Pershing, direktur program lingkungan hidup di William and Flora Hewlett Foundation dan negosiator iklim kawakan AS, menyebut bahasa yang dipakai dalam COP28 untuk mendorong penurunan penggunaan bahan bakar fosil memberikan "sinyal" bahwa "dunia sekarang memikirkannya" dan akan mengubah cara investor menilai risiko usaha tersebut.
Kemenangan Diplomatik
Kesepakatan yang diraih pada menit-menit terakhir ini merupakan kemenangan diplomatik bagi UEA dan Al Jaber, yang perannya di Adnoc membuatnya menjadi pilihan yang kontroversial untuk memimpin perundingan tahun ini.
Tidak semua berjalan mulus -- ada tuduhan bahwa ia menggunakan perannya untuk melobi kesepakatan minyak dan perdebatan ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan iklim -- namun pada akhirnya ia bisa berkata bahwa ia berhasil.
Al Jaber juga menggunakan jabatannya sebagai presiden untuk melibatkan industri minyak dan gas ke dalam proses COP dan berhasil membawa lebih banyak perwakilan perusahaan bahan bakar fosil dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya, hingga menuai kritik dari para aktivis iklim.
Ia berhasil membuat pakta dengan lebih dari 50 perusahaan untuk mengurangi emisi dari operasional mereka sendiri. Pakta tersebut tidak memasukkan tingkat produksi minyak dan gas, namun ada komitmen untuk mengurangi polusi dari metana -- 80 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida -- hingga mendekati nol pada akhir dekade. Poin ini akan memiliki dampak yang signifikan terhadap emisi.
Sekalipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi Arab Saudi untuk memimpin aksi senyap guna melawan setiap upaya untuk memasukkan penghapusan bahan bakar fosil ke dalam teks kesepakatan. Ketika COP28 mulai berjalan, Menteri Energi Arab Saudi ditanya oleh Bloomberg News apakah ia akan senang melihat penghapusan bahan bakar fosil dimasukkan dalam teks. Jawabnya, "Tentu saja tidak".
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak juga sempat mengirimkan surat kepada para anggota, meminta mereka untuk melobi agar tidak ada teks yang secara spesifik menargetkan bahan bakar fosil dan bukannya emisi.
Meskipun bahasa yang digunakan dalam text akhirnya diperhalus untuk mencerminkan keprihatinan mereka, pada akhirnya koalisi produsen minyak tidak kuasa untuk menolak.
(bbn)