“Kan kita juga mengangkut bahan bakar, makanan, mengangkut segala macam yang dibutuhkan, membawa orang yang sakit untuk dapat pengobatannya,” lanjutnya.
Senada, Kuasa Hukum Susi Air, Donal Fariz juga mengatakan pilot maskapai Susi Air saat ini tengah mengalami krisis kepercayaan diri sejak adanya insiden itu, “Jika berdiam di Papua, apakah nanti juga akan mengalami hal yang sama? Jadi demoralisasi itu terjadi di pilot,” kata Donal.
Adapun maskapai penerbangan yang melewati rute perintis merupakan sebuah rute yang ditentukan oleh pemerintah yang beban anggarannya disubsidi sebesar 65%. Dalam satu hari, Susi mengatakan pesawat porter miliknya bisa terbang sebanyak 30 hingga 40 kali untuk mengantar logistik dan penumpang di wilayah Papua.
“Tentu itu mengganggu kegiatan dan suplai logistik daripada makanan yang dikirim ke pegunungan-pegunungan (di Papua),” katanya lagi.
Sejak awal Susi Air berdiri, yakni pada 2006. Maskapai itu sudah mulai berkiprah di Papua. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut mengatakan semula mereka hanya ada 1 unit pesawat di Papua. Namun saat ini sudah ada 22 pesawat untuk mengangkut kebutuhan pokok maupun penumpang.
Sebagai pemilik maskapai, dia juga meminta maaf kepada masyarakat Papua dan pemerintah daerah yang kebutuhannya terganggu lantaran tragedi yang menimpa salah satu pilotnya membuat penerbangannya terhambat.
“Saya mohon doa dari semua tragedi ini bisa berakhir dengan baik dan memulihkan kembali operasional kegiatan Susi Air seperti semula melayani. Saya mohon doa, ini bisa berakhir dengan baik,” ujar Susi.
(ibn/ezr)