Wakil Ketua Umum III Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani mengatakan industriawan masih optimistis terhadap kondisi perekonomian di Tanah Air. Walakin, pemerintah tetap perlu memberikan perhatian khusus agar pebisnis tetap melakukan ekspansi usahanya.
"Faktor kehati-hatian untuk ekspansi di sisi pelaku usaha perlu menjadi perhatian pemerintah agar tidak menjadi pesimisme dalam melakukan ekspansi kinerja dalam jangka pendek," katanya ketika dihubungi oleh Bloomberg Technoz pada Rabu (01/03/2023).
Shinta menjelaskan setidaknya ada dua faktor yang perlu diperhatikan oleh pemerintah terkait dengan ekspansi kinerja manufaktur hingga akhir tahun ini
Pertama, faktor permintaan dari pasar domestik dan daya beli masyarakat. Faktor ini menjadi penting karena mayoritas industri manufaktur nasional memiliki orientasi pasar domestik, bukan ekspor.
Kedua, faktor akumulasi peningkatan beban usaha yang berkaitan dengan kebijakan pengendalian inflasi, nilai tukar, suku bunga, logistik, serta harga komoditas global.
"PMI manufaktur yang sedikit melemah saat ini terjadi lantaran pelaku usaha ingin mengantisipasi adanya efek negatif inflasi terhadap appetite konsumsi dan daya beli masyarakat," ujar Shinta.
Untuk itu, lanjutnya, pelaku usaha cenderung memilih untuk lebih berhati-hati atau berpikir berkali-kali sebelum berekspansi. Shinta menyebut potensi permintaan jelang Ramadan dan Idulfitri kemungkinan tidak akan meningkat signifikan.
"Pertumbuhan daya beli hampir bisa dipastikan tidak akan meningkat terlalu tinggi karena kondisi ekonomi global yang masih gloomy dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan investasi asing, permintaan ekspor, dan akhirnya pada penciptaan lapangan kerja yang lebih besar di dalam negeri," tuturnya.
Beban Usaha
Menurut Shinta, hal yang sangat mendesak untuk diperhatikan atau diintervensi oleh pemerintah dalam jangka pendek guna meningkatkan optimisme ekspansi usaha adalah peningkatan efisiensi faktor beban usaha.
Adapun, faktor beban yang perlu diefisiensikan a.l. pengendalian inflasi domestik, serta stabilitas penguatan nilai tukar yang akan berkorelasi dengam beban impor bahan baku atau penolong usaha di sektor manufaktur.
Selain itu, juga diperlukan penyesuaian suku bunga agar lebih terjangkau bagi pelaku usaha.
"Jika setidaknya komponen-komponen ini bisa distabilkan atau sedikit diperkuat, serta daya beli bisa terus dijaga, pelaku usaha akan lebih confident untuk menciptakan ekspansi pasar dalam jangka pendek," tegasnya.
Lain perspektif, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menjelaskan data terkini PMI manufaktur Indonesia masih memperlihatkan kondisi yang terus membaik. Permintaan domestik yang kuat mendukung peningkatan produksi manufaktur, sementara permintaan eksternal masih dalam fase pemulihan.
“Aspek positif lain adalah meredanya tekanan rantai pasok. Kenaikan biaya produksi makin rendah dan membantu mengendalikan harga jual kepada konsumen. Ini membuat bank sentral punya lebih banyak ruang untuk bermanuver,” jelasnya dalam laporan yang dilansir Rabu (01/03/2023).
Secara keseluruhan, menurut Pan, sentimen di sektor manufaktur Indonesia masih optimistis. Akan tetapi, keyakinan dunia usaha berada di titik terendah dalam hampir 3 tahun patut mendapat perhatian.
“Kunci untuk memperbaiki keyakinan dunia usaha adalah peningkatan permintaan, termasuk permintaan ekspor,” paparnya.
(rez/wdh)