Logo Bloomberg Technoz

Per semester I-2023, produksi minyak Blok Rokan sempat mencapai sekitar 172.000 bph. Sementara itu, puncak produksi Blok Cepu menyentuh 220.000 bph pada 2019—2020 lalu, sebelum akhirnya turun di bawah Rokan.

Dalam kaitan itu, Wahju tidak menampik menurunnya produksi minyak di Blok Cepu tersebut akibat masalah lapangan yang memang sudah tak bertaji.

"Lapangan itu tidak akan pernah plateu terus-menerus, begitu masa puncak dilalui, fase berikutnya itu fase decline, pasti turun," ujar dia.

Demi menekan laju penurunan produksi, Wahju pun mengatakan Blok Cepu akan segera melakukan pengeboran beberapa sumur pengembangan baru yang dibor di antara sumur-sumur produksi eksisting pada Februari 2024.

Selain itu, otoritas hulu migas juga meminta EMCL untuk untuk memulai mengembangkan lapangan gas. Dengan adanya hal itu, kata Wahju, diharapkan dapat menekan penurunan produksi minyak ke depan.

"Karena begitu produksi gasnya dinaikkan, terproduksi juga [minyaknya], kapasitas plant itu dibatasi kapasitas memproses gas, jadi misal proses gas 150, produksi minyak itu dibatasi oleh plant-nya itu bisa memproses 150, kalau dinaikkan gasnya kan ada minyak ikutan, bisa naik."

Dari sisi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), Berdasarkan catatan SKK Migas, per semester 1-2023, EMCL mencatat realisasi produksi minyak sebanyak 165.265 bph yang menjadikannya posisi pertama dengna produksi minyak terbesar di RI.

Di posisi kedua, ada PHR yang mencapai 161.594 bph, lalu diikuti dengan Pertamina EP (PEP) dengan 71.470 BOPD, dan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebesar 26.826 BOPD.

(ibn/wdh)

No more pages