Sehingga, bisa dibilang, hal itu yang menjadi faktor risiko untuk saham Barito Pacific (BRPT) di masa mendatang.
Terlebih, perbaikan kinerja keuangan Chandra Asri (TPIA) berjalan lambat. Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang baru diakuisisi oleh Barito Renewables (BREN) juga sejatinya tidak memberikan dampak signifikan.
Seperti diketahui, Barito Renewables (BREN) baru saja mengumumkan rencana akuisisi 100% saham PT Sidrap Bayu Energy, operator PLTB terbesar di Indonesia dengan kapasitas 75 megawatt (MW).
"Meski terbesar, Sidrap Bayu Energy hanya akan berkontribusi 2% terhadap net asset value (NAV) BREN."
Semua faktor tersebut mendorong JP Morgan menurunkan rating saham BRPT menjadi underweight, namun mempertahankan target harga Rp1.100/saham.
Informasi saja, underweight adalah istilah dalam perdagangan saham, di mana analis memprediksi harga saham tersebut akan cenderung mengalami penurunan dalam 6-12 bulan dibandingkan dengan saham lain di sektor yang sama.
(red)