Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, inflasi yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS pada November sebesar 3,1% sesuai dengan perkiraan pasar dan lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya 3,2% secara tahunan. 

Inflasi inti pada November tercatat 4% juga sesuai dengan perkiraan. Sementara inflasi secara bulanan pada Juli hanya menguat 0,1% dengan inflasi inti 0,3%.

Ini merupakan angka inflasi inti AS yang telah melambat hampir setiap bulan setelah menyentuh puncak 6,6% pada September 2022 kemarin, serta pembacaan terendah dalam lima bulan.

Lebih lanjut, pejabat The fed memulai pertemuan selama dua hari pada Selasa yang diperkirakan dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Gubernur Jerome Powell kemungkinan akan menegaskan kembali bahwa dia dan rekan-rekannya ingin melihat penurunan pertumbuhan harga-harga yang lebih berkelanjutan sebelum melonggarkan kebijakan.

Krishna Guha, Wakil Ketua Evercore, mengatakan, data inflasi akan sejalan dengan pemikiran para pembuat kebijakan bahwa proses disinflasi akan terus berlangsung secara bertahap, dengan potensi ada gangguan di sepanjang proses tersebut.

“Powell harus menjalani langkah yang baik dengan mengakui landasan yang diperoleh menuju normalisasi perekonomian sembari menolak gagasan penurunan suku bunga lebih awal,” kata Analis TD Securities Oscar Munoz dan Gennadiy Goldberg. 

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve) terakhir di tahun ini dengan ekspektasi suku bunga acuan akan dipertahankan di kisaran 5.25% - 5.50% selama tiga bulan beruntun.

“Investor juga merasa semakin nyaman dengan peluang bahwa Federal Reserve dapat mengarahkan ekonomi AS melakukan soft-landing, sebuah situasi di mana inflasi bergerak turun akibat tertekan oleh kenaikan suku bunga tanpa menyebabkan terjadinya resesi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Minggu ini juga akan disibukkan tidak hanya oleh pertemuan kebijakan Federal Reserve, tapi juga oleh pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB), Bank of England (BOE), Swiss National Bank dan Bank Sentral Norwegia (Norges bank).

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,5% ke level 7.125 disertai dengan munculnya volume pembelian. 

“Namun, selama IHSG belum mampu untuk menembus 7.201 sebagai resistance terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan masih berada di awal wave (ii) dari wave [iii] pada label hitam,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (13/12/2023).

Herditya juga memberikan catatan, sehingga IHSG rawan melanjutkan koreksinya untuk menguji area terdekatnya di 7.032 hingga 6.854.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham BFIN, BRIS, ITMG dan MEDC.

Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi lanjut menguat, dengan uji level kenaikan 7.150 kembali pada perdagangan hari ini, Rabu.

“Dengan adanya arahan positif dari Wall Street (12/12), IHSG berpeluang kembali uji resistance di level 7.150 di perdagangan Rabu (13/12). Secara teknikal, Stochastic RSI telah keluar dari overbought area,” tulisnya.

Terkait berbagai sentimen di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan depan juga diyakini akan kembali menahan sukubunga acuan di level 6%. Kondisi ini berpotensi menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di kisaran Rp15.500/USD di pekan ini.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham ASSA, INKP, ISAT, ITMG, MIKA, TKIM, dan BSDE.

(fad)

No more pages