Logo Bloomberg Technoz

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka langsung terperosok melemah 0,31% ke kisaran 7.103,31. Sebaliknya, rupiah bergerak menguat tipis di tengah tren pelemahan mata uang Asia dalam perdagangan awal pagi ini.

Namun, melemahnya indeks saham pagi ini sepertinya lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan indeks saham regional di mana sebagian besar memang tengah tergelincir ke zona merah. Indeks saham KOSPI Korea Selatan, misalnya, tergerus 0,41%, disusul oleh indeks saham di China dan Hong Kong yang kesemuanya merah. Begitu juga indeks saham di Malaysia, Filipina dan Thailand. 

Merahnya bursa Asia ini berkebalikan dengan pergerakan Wall Street semalam. Indeks saham di Amerika mayoritas ditutup menguat di mana S&P 500 Index ditutup naik 0,46%, begitu juga Dow Jones Industrial Average (DJIA) Index yang menguat 0,48% semalam pasca inflasi AS dirilis.

Sementara pergerakan rupiah melanjutkan anomali di mana ia justru menguat ketika mayoritas mata uang Asia melemah. Pergerakan rupiah semakin mengekor indeks dolar AS yang terpantau masih melanjutkan pelemahan dari tadi malam. 

Adapun dari pasar surat utang RI, terpantau bergerak menguat harganya terutama untuk tenor agak panjang 15 tahun. Yield atau tingkat imbal hasil SUN 15 tahun turun 2,7 bps menjadi 6,73%. Disusul oleh tenor menengah 3 tahun dan 5 tahun yang masing-masing terkikis yield-nya 1,8 bps dan 1,4 bps. Adapun yield benchmark tenor 10 tahun tergerus 0,5 bps ke 6,64%.

Pergerakan yield berkebalikan dengan harga obligasi. Ketika yield turun, artinya harga obligasi tersebut naik. Demikian juga sebaliknya.

Animo pemodal memang terlihat masih tinggi menyusul kian lebarnya yield spread atau selisih imbal hasil investasi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang saat ini mencapai 245 bps. Selisih imbal hasil yang lebar menaikkan daya tarik aset-aset pasar keuangan domestik. Itu yang terlihat sejauh ini di pasar sejak November lalu di mana arus masuk modal asing terlihat sudah kembali.

(rui/roy)

No more pages