Uni Eropa tahun ini mencapai kesepakatan sementara mengubah undang-undang hak-hak konsumen untuk memasukkan perlindungan greenwashing.
Tindakan otoritas CMA merupakan bagian dari penyelidikan yang lebih mendalam terhadap apa yang disebut greenwashing.
Awal tahun ini, CMA meluncurkan tinjauan terhadap berbagai macam barang kebutuhan pokok yang digunakan oleh masyarakat setiap hari dan dibeli ulang secara teratur, seperti makanan dan minuman, produk pembersih, perlengkapan mandi, dan barang perawatan pribadi.
Regulator tidak memberikan rincian klaim ramah lingkungan Unilever, namun diperkirakan akan memberikan pernyataan lebih lanjut pada hari Selasa.
Pada bulan Januari, CMA meluncurkan investigasi terhadap perusahaan-perusahaan fast fashion seperti Asos, Boohoo, dan merek pakaian Asda, George, untuk meneliti marketing yang ramah lingkungan.
Asos sudah menjuluki salah satu lini fesyennya sebagai “bertanggung jawab”, sementara Boohoo mengklaim rangkaian produknya yang “bersiap untuk masa depan”. Sebagian besar fast fashion berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Saham-sahamnya sebagian besar datar ketika pasar dibuka di London, setelah turun hampir 10% sejak awal tahun. Dalam tiga tahun terakhir, investor Unilever telah kehilangan sekitar 3% jika dividen yang diinvestasikan kembali diperhitungkan. Nestle telah mengembalikan 7% kepada pemegang saham dengan ukuran yang sama, dan Procter & Gamble telah mengembalikan 15%.
Hasil yang mungkin dari penyelidikan CMA dapat mencakup upaya-upaya pengamanan Unilever yang berkomitmen untuk mengubah cara mereka beroperasi atau bahkan berpotensi membawanya ke pengadilan.
Unilever mengatakan bahwa mereka kecewa dengan penyelidikan CMA dan membantah klaim tersebut. Perusahaan Inggris-Belanda ini mengatakan bahwa mereka hanya membuat pernyataan yang bertanggung jawab, transparan, dan jelas mengenai manfaat produknya dan memiliki proses untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut dapat dibuktikan.
Unilever menambahkan bahwa mereka memberikan informasi kepada para pembeli mengenai cara membuang kemasannya. Perusahaan mengatakan akan bekerja sama sepenuhnya dengan tinjauan CMA.
Tujuan Sosial
Unilever sebelumnya sudah menghadapi keluhan dari beberapa investor bahwa perusahaan memprioritaskan citra yang benar secara politis di atas keberhasilan bisnisnya. Manajer investasi Terry Smith mengatakan pada tahun 2022 bahwa perusahaan yang merasa bahwa mayones membutuhkan “tujuan” telah “jelas kehilangan arah.”
Mantan bos Alan Jope pernah mengatakan bahwa semua merek Unilever harus memiliki tujuan sosial, sebuah kebijakan yang didukung oleh CEO saat ini, Hein Schumacher.
Penyelidikan CMA akan menjadi tantangan lebih lanjut bagi Schumacher saat ia berusaha mengembalikan keadaan grup perusahaan dimana kinerjanya mengecewakan dalam beberapa tahun terakhir.
Regulator tersebut mengatakan bahwa mereka khawatir bahwa klaim-klaim dalam beberapa kemasan dan marketing Unilever mungkin melebih-lebihkan terkait seberapa “alami” pada sebuah produk.
Regulator melihat pernyataan yang berfokus pada satu aspek dari suatu produk dan menunjukkan bahwa produk tersebut ramah lingkungan secara keseluruhan.
Pernyataan tentang “kemampuan daur ulang” produk dan penggunaan gambar seperti daun hijau membuat produk tampak lebih alami juga harus diperiksa.
(bbn)