"Kita tanyakan mau bangun enggak di Indonesia? Kalau tidak bangun pabrik, ya kita enggak kasih [insentifnya]. Itu sweetener [pemanis] saja. Begitu dia mau bangun, kita bikin kapasitas produksimu berapa?" ujar dia.
"Kalau bangun pabriknya baru 20%, ya kita kasi kuotanya juga 20%. Kalau pogresnya 50%, kita naikkan juga 50%, supaya kita tidak disiasati oleh pabrik mobil luar untuk banjiri pasar dalam negeri."
Di sisi lain, Bahlil juga mengatakan salah satu pabrikan mobil EV asal China, BYD Co Ltd, telah berkomitmen untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Produsen EV terbesar di China itu juga menggandeng mitra lokal, yakni Grup Bakrie, melalui PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR).
Meski demikian, dia tidak membeberkan berapa total nilai investasinya, berikut detail rencana proyek BYD di Indonesia.
(ibn/wdh)