Logo Bloomberg Technoz

Konsensus pasar memperkirakan inflasi AS pada November akan melanjutkan pelemahan di angka 3,1% secara tahunan, lebih rendah dibanding 3,2% pada bulan sebelumnya. Sementara inflasi inti diprediksi bergerak di kisaran 4% secara tahunan dan naik 0,3% secara bulanan, lebih tinggi ketimbang Oktober lalu yang mencatat kenaikan 0,2% month-to-month.

Bila inflasi AS ternyata lebih kuat ketimbang prediksi, pamor aset-aset emerging market bisa kembali terkikis. Inflasi yang lebih kuat menurunkan ekspektasi penurunan bunga acuan The Fed, sekaligus memberi sinyal bahwa perekonomian terbesar di dunia itu mungkin masih membutuhkan kebijakan pengetatan moneter lebih lama.

Indeks dolar AS terpantau melemah sampai sore ini di kisaran 103,85. Sementara aksi jual di pasar Treasury, surat utang AS, sudah mereda berbalik dengan reli kenaikan harga di mana yield semua tenor kompak menurun. Yield Treasury 10 tahun semakin turun ke 4,19%, terpangkas 3,8 basis poin.

Lelang SUN dan SVBI

Pelemahan rupiah hari ini juga terjadi di tengah gelar dua lelang rutin yaitu lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI) yang masing-masing digelar oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI).

Lelang SUN menargetkan Rp19 triliun dan maksimal Rp28,5 triliun. Sementara lelang SVBI menargetkan perolehan US$ 50 juta, lebih rendah ketimbang target lelang sebelumnya yang dibanderol US$ 100 juta.

(rui)

No more pages