Sejak awal Susi Air berdiri yakni 2006, maskapai itu sudah mulai berkiprah di Papua. Semula kata Susi hanya ada 1 unit di Papua namun kemudian saat ini sudah ada 22 pesawat untuk mengangkut kebutuhan pokok maupun penumpang.
Rute perintis yang dituju adalah rute-rute yang ditentukan oleh pemerintah untuk diterbangi dan 65% itu dibebani oleh pemerintah. Dengan penerbangan rata-rata 100 kali sehari secara keseluruhan di Papua.
"Dengan 100 flight rata-rata, kehadiran Susi Air tentunya sangat signifikan di Papua. Dengan kejadian ini tentu mengagetkan kami, mengajarkan kami, tidak habis pikir. Apa yang terjadi ini adalah hal yang sangat-sangat tidak kita harapkan," ujarnya.
Sementara dikutip dari laman resmi susiair.com, jenis pesawat PC-6 Turbo Porter banyak digunakan untuk menjangkau daerah-daerah di Papua. Pesawat jenis ini memiliki konfigurasi 7-8 penumpang dengan tempat duduk pesawat dan kabin yang mudah dimodifikasi. Untuk penggunaan kargo sebagian besar digunakan di Papua yang dilengkapi dengan kamera LIDAR untuk memotret dan melakukan survei geografis.
Sementara kebutuhan pokok dan logistik yang biasanya diangkut antara lain bahan makanan, minuman hingga kebutuhan obat-obatan.
Susi Air berharap kepada pemerintah termasuk TNI-Polri dalam pembebasan pilot tersebut. Selain itu bantuan dari tokoh masyarakat juga diharapkan lantaran insiden ini menyebabkan kepentingan masyarakat yang lebih luas menjadi terganggu.
"Saya berharap semua sadar, pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat Papua dan organisasi yang mengaku Papua merdeka bahwa kepentingan masyarakat untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokoknya dan akses transportasi itu adalah hak-hak kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan," kata dia lagi.
(ezr)