Melalui survei tersebut, diketahui juga bahwa sebagian besar atau 78,4% pengusaha mendapatkan informasi ekspor secara mandiri. Kemudian, 53,9% mendapatkan informasi dari pihak swasta dan 53,4% mendapatkannya dari pemerintah.
Guna mengurai isu tersebut, pemerintah saat ini mengupayakan agar Program Promosi Ekspor (PPE) lebih mudah diakses dan dipahami, serta akurat dan aktual. Selain itu, informasi tersebut akan dibuat terintegrasi atau terkoordinasi antarkementerian/lembaga (K/L) terkait.
Lebih lanjut, Amalia menjelaskan pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kapasitas ekspor pelaku usaha di Tanah Air.
Peningkatan itu akan difokuskan pada produk industri yang lebih kompleks, termasuk berteknologi menengah hingga tinggi. Kemudian melalui peningkatan kapasitas pelaku usaha, harmonisasi regulasi, serta statistik perdagangan jasa.
Pemerintah juga akan memperkuat platform informasi ekspor dan impor yang mencakup data pasar, regulasi, insentif, dan kerja sama perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA). Untuk mendukung platform tersebut, akan disiapkan platform dagang-el berorientasi ekspor.
"Termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah] dan startup teknologi untuk memasok produk dan jasa ke pasar internasional," ujar Amalia.
Strategi lainnya adalah dengan memfasilitasi pelaku usaha di Tanah Air untuk meningkatkan daya saing produk barang maupun jasa yang ditawarkan. Salah satunya melalui produksii komoditas berkelanjutan atau yang mengedepankan prinsip ekologi.
"Berkelanjutan menjadi aspek penting karena produk yang punya cap atau brand dengan kata-kata green product ataupun sustainable product ini akan relatif menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan produk-produk konvensional," paparnya.
Amalia menambahkan upaya peningkatan akses dan pendalaman ekspor itu juga akan didukung oleh fasilitas pembiayaan yang memadai. Kemudian akan dilakukan juga penguatan skema kerja sama antarpelaku usaha atau business to business (B2B) yang terlibaat dalam aktivitas ekspor dan impor.
Sekadar catatan, Indonesia menargetkan ekspor nonmigas pada 2023 senilai US$289,76 miliar (Rp4.508 triliun).
Pada 2022, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah, yaitu senilai US$54,46 miliar. Secara nilai, ekspor sepanjang tahun lalu menembus US$291,98 miliar atau naik 26,07% secara year on year (yoy).
(rez/wdh)