Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi Negeri Paman Sam periode November yang dirilis malam nanti waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) di AS pada November adalah 3,1%. Melambat dibandingkan Oktober yang 3,2%.

Sementara inflasi bulanan (month-to-month/mtm) diperkirakan 0,3%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan Oktober yang 0,2%.

“Jika inflasi ternyata di bawah ekspektasi, maka harga emas bisa dengan mudah kembali menembus level US$ 2.000/ons,” tegas Han Tan, Chief Market Analyst di Exinity, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas sudah masuk zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 45,63. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang di posisi bearish.

Akan tetapi, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 0. Sudah paling minim, sudah tidak bisa turun lagi, sudah jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, peluang kenaikan harga emas menjadi terbuka. Target resisten terdekat adalah US$ 2.009/ons. Jika tertembus, maka ada peluang naik lagi menuju US$ 2.025/ons.

Sedangkan target support terdekat ada di US$ 1.967/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas meluncur turun ke U$ 1.952/ons.

(aji)

No more pages