Laju inflasi inti yang lebih rendah dibandingkan prediksi akan membantu BI menjangkar inflasi ke target 2-4% tahun ini. Dalam konferensi pers usai RDG bulan lalu, BI mengulang keyakinannya bahwa BI7DRR di level 5,75% memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023.
Inflasi Februari yang lebih tinggi dari perkiraan sepertinya tidak akan mengubah niat BI untuk mempertahankan bunga acuan dalam bulan ini
Tamara Henderson, Economist Bloomberg
Para ekonom berpandangan senada. Chief Economist Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, inflasi tahunan (IHK) akan berangsur kembali ke kisaran target bank sentral pada paruh kedua tahun ini.
“Dampak putaran kedua dari kebijakan kenaikan harga BBM tahun lalu berkurang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Kami tetap berpandangan bahwa inflasi tahunan akan terus menurun ke depan kecuali periode Maret-April karena ada faktor musiman seiring kedatangan bulan puasa dan Lebaran,” kata Faisal dalam pernyataan tertulis yang diterima Bloomberg Technoz.
Ekonom memperkirakan, inflasi tahunan pada semester pertama tahun ini masih akan tetap berada di atas target BI yaitu di rentang 4-6% sebelum akhirnya menurun menuju target bank sentral dengan berakhirnya dampak kenaikan BBM sekitar September 2023.
Dalam pernyataan terpisah, ekonom Bank of America (BofA) juga melontarkan prediksi senada. Jelang gelar Pemilihan Umum 2024, Indonesia hampir mustahil akan menghadapi kejutan harga kebutuhan pokok yang diatur seperti BBM bersubsidi (administered price).
Di luar kenaikan inflasi karena faktor musiman festive season, tekanan harga domestik akan kembali melandai pada semester dua tahun ini.
Risiko Lonjakan Harga
Kurang dari sebulan lagi, masyarakat Indonesia akan menyambut bulan Ramadan diikuti perayaan Lebaran. BPS memperingatkan, ada beberapa komoditas yang rawan mengalami kenaikan harga saat festive season datang.
"Inflasi pada saat Ramadan perlu dikelola dengan mengendalikan harga-harga yang kemungkinan mengalami kenaikan seperti bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, daging ayam ras, dan komoditas lainnya," kata Pudji Ismartini, Deputi Kepala BPS Bidang Distribusi dan Jasa, dalam jumpa pers, Rabu siang.
Bulan Februari, harga barang-barang volatile naik 7,62%, lebih tinggi dibandingkan 5,71% bulan sebelumnya, menyusul persiapan masyarakat menyambut bulan suci Ramadan.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi memperkirakan, IHK akan memuncak di kisaran 6% pada April.
Bila tidak ada guncangan kejutan dalam pasokan barang dan jasa, laju inflasi tahunan pasca Lebaran bisa kembali ke kisaran 2%-4% pada Juni 2023, menurut perkiraan ekonom Bloomberg Intelligence.
Bunga acuan bisa bertahan
Data terbaru inflasi domestik memperkuat perkiraan para ekonom terkait arah bunga acuan BI7DRR. Kendati sisa tahun ini masih panjang, dengan asumsi puncak inflasi musiman akan terjadi pada April menyusul musim perayaan, target inflasi bank sentral akan tercapai pada semester II-2023.
“Prediksi kami, inflasi akan berada di posisi 3,6% pada akhir 2023 memberikan ruang bagi BI untuk mempertahankan kebijakan bunga acuan,” jelas Faisal.
Ekonom BofA melontar prediksi serupa. Data terkini perekonomian memberi amunisi bagi bank sentral untuk melanjutkan kebijakan bunga di level 5,75% hingga akhir tahun, sebelum akhirnya mulai turun pada 2024 sekitar 100 basis poin.
Prediksi kami, inflasi akan berada di posisi 3,6% pada akhir 2023 memberikan ruang bagi BI untuk mempertahankan kebijakan bunga acuan
Faisal Rachman, Chief Economist Bank Mandiri
“Penurunan bunga acuan juga tidak akan terlalu cepat tahun depan karena target inflasi BI akan diturunkan menjadi 1,5%-3,5% dari sebesar 2%-4% tahun ini,” jelas Nagutha.
Faktor Rupiah
Walaupun laju inflasi yang menjinak memberi tambahan keyakinan bagi bank sentral untuk mempertahankan bunga acuan, akan tetapi tekanan eksternal terhadap rupiah sulit untuk diabaikan.
Perkembangan terbaru perekonomian Amerika Serikat yang memperlihatkan kesulitan The Federal Reserves menjangkar inflasi kembali ke target telah memicu kekhawatiran pasar global akan arah bunga acuan The Fed yang diprediksi lebih tinggi dari perkiraan terakhir.
Sentimen The Fed telah mengerek keperkasaan dolar AS dan merontokkan mata uang lain, termasuk rupiah. Volatilitas nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS semakin tajam sebulan terakhir dengan rata-rata pergerakan di rentang Rp 15.152 per dolar AS. Pada 27 Februari, rupiah sempat menyentuh Rp 15.282 27 per dolar.
"Dengan indikasi BI tidak akan menaikkan bunga lagi tahun ini, rupiah diperkirakan akan mengalami tekanan depresiasi tambahan," tulis ekonom ING Rob Carnell dan Nicholas Mapa dalam catatannya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (1/3/2023).
Kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) pada 23 Februari menurun ke posisi Rp 804,32 triliun, walaupun dalam lelang terakhir animo asing masih mencatat kenaikan.
Sampai Selasa (28/2/2023), Gubernur BI Perry Warjiyo masih percaya diri rupiah hanya menghadapi tekanan sementara dan akan kembali menguat.
"Kami yakin akan menguat begitu ketidakpastian mulai mereda dan kembali ke fundamental prospek ekonomi Indonesia baseline 4,9% tapi bisa 5% atau 5,1%. Komitmen BI menstabilkan nilai tukar rupiah, insya Allah stabilitas moneter akan kami jaga," tegas Perry, Selasa siang.
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede dalam kesempatan terpisah menilai, dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid, neraca transaksi berjalan diperkirakan masih surplus tahun ini, sehingga akan mendorong peningkatan cadangan devisa. Itu akan memberikan kepercayaan dari investor, terutama investor asing.
“Dengan demikian rupiah diperkirakan akan cenderung stabil,” kata Josua. Kondisi inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang stabil akan mendukung momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca pandemi.
Tingkat BI7DRR 5,75% masih memadai untuk membantu bank sentral memenuhi dua mandat utamanya yaitu mengendalikan inflasi dan memastikan stabilitas nilai tukar.
Rencana penerapan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) diharapkan bisa membantu stabilitas otot rupiah dalam menghadapi tekanan eksternal. Hitungan Samuel Sekuritas, jika 30% dari DHE masuk ke sistem perbankan domestik, itu bisa membantu tambahan suplai dolar AS senilai US$ 26 miliar dan bisa membantu penguatan resiliensi perekonomian domestik ke depan.
(rui/aji)