Bloomberg Technoz, Jakarta - Komite Konvensi Warisan Budaya Takbenda/WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO telah menetapkan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada (6/12).
Berdasarkan informasi yang dilansir dari situs resmi Kemlu.go.id, Selasa (11/12/2023), Budaya Sehat Jamu meliputi ketrampilan tradisional dan nilai-nilai budaya yang terkait dengan obat-obatan alami tradisional yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah serta metode pengobatan tradisional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Budaya Jamu dipercaya telah hidup sejak abad ke-8 Masehi, terbukti dari relief di Candi Borobudur dan manuskrip kuno seperti Kakawin Ramayana dan Serat Centini.
UNESCO mencatat nilai budaya jamu sebagai salah satu sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan semesta. UNESCO juga mengakui bahwa Budaya Sehat Jamu mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, antara lain Tujuan nomor 3. Kesehatan dan Kesejahteraan, nomor 5. Kesetaraan Gender, no 12 Produksi dan Konsumsi yang Bertanggungjawab, dan no 16. Kehidupan di Darat.
Budaya sehat jamu juga menjadi warisan budaya takbenda (WBTB) Indonesia ke-13 yang berhasil diinskripsi ke dalam daftar WBTB Unesco. Sebelumnya, Indonesia telah diinskripsi Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Pendidikan dan Pelatihan Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken (2012), Tiga Genre Tari Tradisional di Bali (2015), Seni Pembuatan Kapal Pinisi (2017), Tradisi Pencak Silat (2019), Pantun (2020), dan Gamelan (2021).

Mendikbudristek Nadiem Makarim menyatakan bangga dengan penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Sejak dahulu hingga kini, budaya jamu terus dipelajari, dikembangkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Jamu telah menjadi bagian cara hidup di Indonesia.
Mendikbudristek Nadiem Makarim juga menyampaikan bahwa Indonesia akan terus melestarikan Jamu melalui pendidikan dan pelatihan secara formal dan non formal, juga melalui penelitian, pengembangan, dan inovasi jamu.
Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Prof. Ismunandar menambahkan bahwa proses penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai WBTB UNESCO merupakan upaya bersama yang didorong dari komunitas lokal yang difasilitasi oleh Pemerintah. Keterlibatan masyarakat ini dinilai sangat positif oleh UNESCO, bahkan disebut dapat menjadi contoh bagi negara lain.
Prof. Ismunandar sampaikan harapan agar inskripsi Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO ini dapat meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Jamu, dan WBTB secara umum.
Sidang ke-18 Komite Warisan Budaya Takbenda (WBTB) UNESCO masih akan berlangsung hingga tanggal 9 Desember 2023, di Kasane, Botswana. Selain membahas elemen-elemen budaya yang diinskripsi, Komite juga membahas laporan periodik, yaitu laporan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh negara-negara dalam melestarikan elemen budaya yang sudah diinskripsi dalam daftar WBTB UNESCO.
(spt)