Seperti yang diwartakan Bloomberg News, setelah beberapa data sebelumnya menggarisbawahi perlambatan pasar tenaga kerja, data terbaru mencerminkan sinyal penguatan di luar ekspektasi pasar.
Angka Non-Farm Payrolls meningkat 199.000 pada November, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% dan pertumbuhan upah bulanan 0,4% melampaui perkiraan. Sementara itu, sentimen konsumen AS meningkat tajam pada awal bulan Desember, melampaui semua perkiraan, efek rumah tangga yang mengurangi ekspektasi inflasi tahun depan dengan angka terbesar dalam 22 tahun.
“Perekonomian AS terus menunjukkan kinerja yang baik,” kata John Leiper dari Titan Asset Management.
Melemahnya data inflasi dan ketenagakerjaan dalam sebulan belakangan makin meyakinkan investor bahwa The Fed sudah selesai dalam tren kenaikan suku bunga, dan memicu spekulasi bahwa pemotongan setidaknya 125 basis poin akan dilakukan selama 12 bulan ke depan.
Dari regional, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor juga tengah mencerna data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga 2023 Jepang yang direvisi ke bawah, menjadi 0,7% qoq di mana ini lebih buruk dari estimasi awal yang turun 0,5% qoq.
Bersamaan dengan sentimen tersebut, Bank of Japan (BOJ) memberi petunjuk bahwa pada BOJ berencana untuk mulai memperketat kebijakan moneter.
“Gubernur BOJ Kazuo Ueda kemarin memaparkan opsi yang dimiliki BOJ untuk keluar dari rezim suku bunga yang super rendah. Ini adalah sinyal yang paling jelas bahwa BOJ sudah mempunyai rencana untuk memperketat kebijakan moneternya yang super longgar di tahun 2024,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Namun demikian Ueda mempertegas sikapnya bahwa kebijakan moneter dalam waktu dekat masih akan tetap longgar dengan alasan perlunya menopang pertumbuhan ekonomi Jepang. Hal ini diperkuat dengan data PDB kuartal ketiga 2023 Jepang yang memperlihatkan penurunan laju pertumbuhan yang lebih besar dari estimasi.
Adapun perubahan pandangan yang terjadi dalam BOJ ini berpotensi mengakhiri kebijakan moneter super longgar yang dalam beberapa tahun terakhir ini dinikmati oleh pasar saham Jepang, contohnya reli pasar saham Jepang di tahun 2023 ini.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,4% ke 7.159 disertai dengan peningkatan volume pembelian, penguatan IHSG pun mampu menembus resistance terdahulunya di 7.150.
“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG sedang berada di akhir wave v dari wave (i) pada label hitam, sehingga meskipun menguat maka akan menguji area 7.200-7.214 kembali,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (11/12/2023).
Herditya juga memberikan catatan, namun tetap waspadai akan adanya rawan koreksi dari IHSG untuk menguji rentang area 7.032-7.097 sebagai area koreksi terdekatnya.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ARTO, BBNI, MDKA dan MTEL.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi lanjut menguat, seiring IHSG masih berada dalam Bullish trend.
“Secara teknikal, IHSG masih berada dalam Bullish trend. Meski demikian, terbentuknya upper shadow panjang dan death cross di overbought area membuat IHSG rawan profit taking dalam jangka pendek,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham unggulan MAPI, MEDC, HRUM, ADMR, UNTR, ADRO, dan CPIN.
(fad/wdh)