Dia pun menilai Jokowi, dengan tangan kekuasaannya kini, makin berambisi untuk memperpanjang kekuasaannya, termasuk polemik lembaga peradilan Mahmakah Konstitusi yang belum lama ini terjadi, 

"Dia menjadikan ketua MK yang merupakan adik iparnya untuk  mengutamakan kepentingan keluarga, kepentingan anaknya untuk menjadi cawapres, bukan untuk kepentingan negara."

Adapun, perhelatan yang digelar oleh Gabungan kelompok bernama Aliansi Selamatkan Demokrasi Indonesia (ASDI) ini ditujukan untuk merefleksikan soal bahaya korupsi dan HAM, seiring dengan Hari Anti Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia yang juga bertepatan dengan hari ini.

Gelaran ini juga bakal dihadiri oleh  tokoh seniman, aktivis, hingga pakar hukum dan ekonomi yang bakal menunjukkan 'gigi' untuk melakukan orasi.

Ketua panitia Panggung Rakyat Raiden Soedjono menegaskan, ergerakan tersebut tak berkaitan dengan kepentingan politik, sejalan dengan bersamaan dimulainya kontestasi pemilu dan pilpres 2024 saat ini.

"Acara ini tidak terkait dengan pilpres, melainkan upaya untuk mengingatkan para calon pemimpin bangsa, agar menempatkan agenda pemberantasan korupsi dan penegakan HAM masuk dalam agenda prioritasnya," tegas dia.

Selain itu, acara ini juga turut memamerkan berbagai karya foto jurnalistik foto pada masa tragedi 1998 silam, termasuk 13 aktivis yang menjadi korban hilang, yang hingga kini belum kunjung ditemukan.

Mereka adalah Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ucok Munandar Siahaan, Hendra Kambali, Yadin Muhidin, Abdun Nasser, dan Ismail.

"Semua ini dilakukan agar masyarakat selalu ingat bahwa musuh terbesar negara saat ini adalah korupsi yang membuat rakyat jauh dari kesejahteraan," ujar Raden.

(ibn/ain)