Dia lantas mengatakan gerakan boikot produk Israel tersebut semestinya dimanfaatkan untuk menjadi peluang memajukan usaha-usaha lokal asli Indonesia
"Jika sebelumnya orang membeli ayam goreng dan kopi di perusahaan yang terafiliasi dengan Israel, saat ini beralih lah ke ayam goreng dan kopi produk usaha kecil menengah asli Indonesia", ungkapnya.
"Pengusaha jangan lah cari-cari kambing hitam, seolah-olah adanya gerakan boikot Israel ini menjadi alasan PHK massal di Indonesia."
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan aksi boikot produk terafiliasi dengan Israel berdampak penurunan sekitar 3%-4% konsumsi belanja masyarakat secara harian di daerah-daerah tertentu.
"Mendekati sekitar 3-4% (pengurangan) di kelompok belanja harian karena yang beredar saat ini terjadi aksi menahan atau mengurangi (pembelian),” ujar Ketua Aprindo, Roy Nicholas Mandey medio November lalu.
Meski demikian, Roy mengatakan, penurunan konsumsi tersebut hanya terjadi dibeberapa daerah, tidak di kota-kota besar.
Dia pun lantas menghawatirkan aksi boikot ini tidak boleh terjadi dalam waktu yang lama, sekaligus meminta pemerintah untuk hadir dan membaca situasi terkait aksi boikot produk terafiliasi Israel..
"Ketika masyarakat melakukan hal simpatik, apa langkah yang seimbang yang bisa diterima seluruh pihak. Itu bukan tugas pelaku usaha itu tugas pemerintah,” ujarnya.
(ibn/ain)