Di sisi lain, harga bawang merah mengalami kenaikan mingguan 0,45% di tingkat eceran menjadi Rp35.950/kg, sedangkan harga bawang putih bonggol naik 1,42% menjadi Rp30.020/kg.
Cabai rawit merah turut mengalami kenaikan 0,07% menjadi Rp59.310/kg, daging sapi murni naik 0,60% menjadi Rp13.760/kg, daging ayam naik 0,90% menjadi Rp33.570/kg, telur ayam ras naik 0,04% menjadi Rp27.690/kg, dan gula konsumsi naik 0,35% menjadi Rp14.420/kg.
Sementara itu, harga tepung terigu juga terkerek 0,09% menjadi Rp11.230/kg, jagung naik 1,18% menjadi Rp6.020/kg, ikan kembung naik 0,82% menjadi Rp38.000/kg, serta ikan bandeng naik 0,41% menjadi Rp34.230/kg.
Sejumlah harga komoditas pangan mengalami penurunan minor, seperti cabai merah keriting yang turun 0,49% menjadi Rp42.840/kg, minyak goreng curah turun 0,20% menjadi Rp14.960/liter, dan ikan tongkol turun 0,08% menjadi Rp35.610/kg.
Harga minyak goreng kemasan sederhana turun 0,11% menjadi Rp18.010/liter, tetapi nilai tersebut masih jauh lebih tinggi dari HET Minyakita yang ditetapkan oleh pemerintah di level Rp14.000/liter.
Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di 63 kota dari total 90 kota yang disurvei mengalami inflasi pada Februari 2023. Pada bulan yang sama, terjadi inflasi sebesar 0,16% secara bulanan dan 5,47% secara tahunan, serta inflasi tahun kalender sebesar 50%.
Adapun, penyumbang inflasi terbesar sepanjang tahun berjalan, menurut BPS, adalah kelompok makanan minuman dan tembakau.
Direktur Diseminasi Statistik BPS Pudji Ismartini menyarankan agar pemerintah mewaspadai komoditas dominan yang menyumbang inflasi pada Ramadan pengujung Maret, seperti bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, daging ayam ras, dan beberapa lainnya.
“Pada tahun lalu terjadi inflasi 0,85% [saat Ramadan] yang didorong oleh komoditas minyak goreng, bensin, dan daging ayam ras. Inflasi pada Ramadan ini perlu dikelola dengan mengendalikan harga-harga komoditas pendorong inflasi,” ujarnya, Rabu (01/03/2023).
Sebelumnya, Deputi Guberur Bank Indonesia Aida S. Budiman pun menyebut, untuk mengendalikan inflasi, pengelolaan pasok dan distribusi pangan perlu diperkuat agar harganya terkendali.
"Kalau kita bisa turunkan kontribusi inflasi pangan ke IHK menjadi 1,1% ini akan menjadi langkah yang sangat nyata," ujar Aida dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (24/02/2023).
Pada Juli 2022, tingkat inflasi pangan Indonesia sempat menyentuh level 11,47% yang didorong oleh kelompok harga bergejolak akibat kenaikan harga komoditas pangan global serta faktor cuaca yang menyebabkan penurunan produksi komoditas pangan.
Hingga akhir tahun lalu, angka inflasi pangan mengalami penurunan hingga 5,6%.
Kendati inflasi Januari 2023 menunjukkan tren melandai, angkanya masih dinilai tinggi, yakni mencapai 5,28% secara tahunan atau di atas target inflasi Bank Indonesia sebesar 3% dengan deviasi ±1%.
(wdh)