Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengupayakan pencapaian target pengurangan emisi karbon (CO2) sebanyak 358 juta ton hingga 2030.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan upaya tersebut meliputi keseriusan pemerintah dalam mendorong infrastruktur penunjang energi baru dan terbarukan (EBT).

"[Pensiun dini dan co-firing] PLTU, kemudian ya [pembangunan] pembangkit-pembangkit [EBT]. Lalu, elektrifikasi kita bisa jalan, membangun efisiensi," ujar Arifin di kantornya, Jumat (8/12/2023).

Secara keseluruhan, melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC), Indonesia juga meningkatkan target pengurangan emisi karbon dari 29% atau 835 juta ton CO2 menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada 2030.

Investasi EBT Anjlok

Sejalan dengan ambisi pemerintah untuk mengurangi emisi melalui sektor EBT, pencapaian investasi dalam negeri di sektor tersebut justru masih tak bertaji.

Menyitir laporan Kementerian ESDM, realisasi investasi sektor EBT Indonesia per November 2023 baru mencapai sebesar US$1,6 miliar, atau masih jauh dari target tahun ini yang mencapai US$1,8 miliar.

Total nilai investasi EBT itu pun baru 5,9% dari total target investasi di sektor energi yang sejumlah US$26,9 miliar.

Lalu, pada 2022, realisasi investasi dalam sektor tersebut pun terbilang masih stagnan atau hanya mencapai US$1,51 miliar, atau 74% dari targetnya yang senilai US$2,04 miliar.

Dalam kaitan itu, Arifin tidak menyangkal keandalan infrastuktur EBT dalam negeri masih belum cukup maksimal.

"Akhirnya kita coba menaikkan permitaan [melalui insentif pembelian] motor listrik dan [hibah] kompor listrik. Namun, kan [programnya] baru saja mulai, sementara untuk permintaan industrinya masih [minim] [...] Makanya, harga energi itu harus bisa kompetitif, sehingga bisa jadi daya tarik industri untuk masuk investasi [di sektor EBT]."

(ibn/wdh)

No more pages