Logo Bloomberg Technoz

Rupiah menghadapi tekanan eksternal yang intensif sejak beberapa pekan belakangan menyusul data-data terbaru perekonomian utama dunia seperti Amerika dan Eropa memperlihatkan pesimisme terhadap ujung dari reli bunga tinggi global. Sepanjang Februari, koreksi terjadi pasar keuangan global terpicu perkembangan data makro dan indikator bisnis AS yang menunjukkan kondisi di negeri paman sam masih belum "dingin". 

Imbal hasil US Treasury 10 tahun masih bertengger di posisi 3,932%. Kenaikan tipis yield surat utang AS menyusul riset terbaru yang dirilis oleh Bank Of America yang memperkirakan bunga acuan The Federal Reserves berpeluang melanjutkan kenaikan hingga ke level 6% seiring situasi inflasi di negeri itu yang belum jinak.

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi AS yang masih overheating membuat dolar AS terus menjadi buruan utama pasar. Indeks Dolar AS pada pukul 11:53 tercatat naik tipis ke level 104,873. 

Di sisi lain, kabar dari kawasan Eropa juga memperlihatkan inflasi masih menjadi tantangan di beberapa kekuatan ekonomi utama seperti Prancis dan Spanyol. Pelaku pasar memperkirakan European Central Bank, bank sentral Uni Eropa, akan tetap mempertahankan kebijakan hawkish dengan prediksi kenaikan sebesar 50 bps dalam rapat dewan gubernur mendatang.

Update terakhir pada pukul 13:34 WIB, otot rupiah mulai menguat di level Rp 15.248 melawan dolar AS. Di kawasan ASEAN, mata uang negeri jiran juga tengah beringsut menguat menghadapi the greenback. Thailand baht menguat di posisi 34,932. Disusul peso Filipina juga menguat ke posisi 55.030, dolar Singapura juga menguat ke level 1,3556, disusul ringgit Malaysia yang juga menguat 4,4762. Tercatat, indeks dollar AS tengah tertekan ke level 104,76 pada pukul 13.27 WIB.

(rui)

No more pages