Akan tetapi, saat ini harga minyak jenis Brent sudah mendingin di level US$75-an per barel. Menurut proyeksi tim ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, rata-rata, harga minyak dunia pada 2023 adalah sekitar US$80—US$81 per barel.
Secara point to point (ptp), harga spot minyak dunia akan bertahan di rentang US$75—US$78 per barel pada akhir tahun ini. Bahkan, memasuki 2024, Bank Mandiri memproyeksikan harga minyak makin terjerembap ke level US$70/barel.
Atas dasar itu, Industry and Regional Analyst Bank Mandiri Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma menilai kebijakan ideal yang mesti ditempuh pemerintah adalah mengoreksi harga seluruh jenis BBM, tidak hanya nonsubsidi, tetapi juga subsidi.
“Kalau harga BBM bersubsidi turun di bawah harga yang telah ditetapkan pemerintah, bisa saja beban anggaran subsidi berkurang, jika harga minyak global mendorong harga keekonomian BBM subsidi untuk turun ke bawah harga ritelnya,” terangnya saat dihubungi, Jumat (8/12/2023).
Lebih lanjut, Zuhdi menilai tidak ada faktor kuat yang bakal membuat harga minyak rebound drastis dalam waktu dekat lantaran secara fundamental nilainya sudah rendah; kecuali jika OPEC+ membuat kebijakan produksi yang mengejutkan.
“[Dengan demikian], harga BBM semestinya akan turun jika harga minyak globalnya turun. Prediksi kami, penurunan US$1/barel minyak global akan berdampak pada penurunan Rp150—Rp200 per liter BBM di Indonesia,” ujarnya.
Hari ini, Brent untuk penyelesaian Februari naik 1,5% secara harian menjadi US$75,13/barel. Sementara itu, jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ditutup di level terendah sejak Juni, di mana pengiriman Januari naik 1,4% menjadi US$70,29/barel.
(wdh)