“Kemudian juga kemarin di daerah Jawa Tengah, Purwokerto, beberapa titik rawan kita antisipasi seperti kemarin adanya longsor di Karangsari,” ujar Joni.
Tidak hanya mendeteksi titik-titik rawan bencana, KAI juga menyiapkan langkah-langkah antisipasi bencana tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendirikan Pos Pemantauan Daerah Rawan (PDR). Terdapat petugas yang secara bergantian selama 1x24 jam akan memantau titik-titik tersebut.
Para petugas, sambung Joni, juga dilengkapi oleh alat deteksi bencana dan alat komunikasi. Dalam hal ini, petugas bisa mengetahui dan mengukur adanya penurunan tanah khususnya ketika hujan. Setelah itu, para petugas akan menggunakan alat komunikasi yang disiapkan untuk memberikan informasi kepada stasiun-stasiun yang berhubungan.
PT KAI juga mengantisipasi keamanan di perlintasan sebidang. Per November 2023, jumlah perlintasan sebidang adalah 3.693 unit. KAI menyiagakan ribuan petugas pemeriksa jalur ekstra, petugas penjaga pintu perlintasan ekstra, serta petugas posko daerah rawan ekstra.
Di samping itu, KAI menyiapkan strategi manajemen krisis bernama AMUS (Alat, Material, Untuk Siaga). Strategi tersebut selain menyiagakan tim personil lapangan khusus, juga menyediakan alat dan material yang ditempatkan tersebar di sepanjang jalur kereta api. Hal ini bertujuan jika dalam keadaan darurat, perbaikan dapat segera dilakukan.
“Periode Angkutan Nataru merupakan momentum di mana seluruh insan KAI akan memberikan kinerja terbaik. Hal tersebut kami upayakan agar kereta api tetap menjadi pilihan favorit masyarakat untuk bertransportasi,” ujar ujar Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dalam siaran pers, Selasa (5/12/2023).
(dov/ain)