Skor PISA Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia. Perbandingannya, untuk matematika yang menjadi tema utama PISA 2022, anak usia 15 tahun di Indonesia memperoleh skor 366 poin dibandingkan rata-rata 472 poin negara-negara OECD. Kemudian, skor membaca yang 359, masih di bawah rata-rata dunia 476. Sedangkan sains dengan skor 383 poin, ketika rata-rata dunia mencapai 485 poin.
"Di Indonesia, 43% siswa (bagian terbesar) berada pada kuintil internasional terbawah dalam skala sosio-ekonomi, yang berarti bahwa mereka termasuk siswa yang paling kurang mampu dalam mengikuti tes PISA pada tahun 2022. Nilai rata-rata mereka dalam matematika adalah 354 skor poin," jelas OECD.
Secara umum, mayoritas negara memang mengalami penurunan skor rata-rata terutama untuk skor matematika dan membaca. Sementara skor sains terbilang stabil.
Peringkat PISA Indonesia tercatat naik lima posisi dibanding 2018 akan tetapi hal itu ditengarai lebih karena ada beberapa negara baru yang masuk mengikuti penilaian PISA dan banyak juga yang mencatat penurunan skor lebih besar termasuk di negara-negara maju yang skor PISA-nya sudah tinggi. Sementara skor PISA Indonesia selama ini sudah cukup rendah. Selain itu, bila melihat histori capaian skor PISA Indonesia sejak ikut pertama kali 23 tahun lalu, skor PISA tahun 2022 sebenarnya menjadi yang terendah terutama untuk skor membaca dan matematika.
Namun, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menyampaikan bahwa capaian skor PISA menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi.
“Untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi,” kata Nadiem dalam siaran pers yang dilansir Selasa (5/12/2023).
PISA diselenggarakan setiap tiga tahun oleh Organization of Economic Cooperation Development (OECD) untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra. Selain PISA, sejak 2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.
Rendah di Asia
Bukan hanya di dunia, di kawasan Asia, skor PISA Indonesia juga tergolong rendah. Indonesia hanya lebih unggul bila dibandingkan Filipina dan Kamboja.
Sementara dibanding Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, bahkan Vietnam. Dibanding Vietnam misalnya, skor matematika pelajar di Indonesia hanya 366 sementara Vietnam 489. Begitu juga untuk skor literasi membaca dan sains, Vietnam mengungguli Indonesia.
Di Indonesia, program ini melibatkan sekitar 14.000 siswa berusia 15 tahun kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) dan kelas X sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK). Data PISA tahun 2022 diambil pada Mei-Juni 2022 setelah pandemi Covid-19.
Partisipasi sekolah
Mengacu pada Statistik Pendidikan 2023 yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, akhir bulan lalu, memperlihatkan, kemajuan dunia pendidikan di Indonesia memang masih memiliki banyak pekerjaan rumah besar.
Sebagai gambaran, baru sekitar 27,38% anak usia 0-6 tahun di Indonesia yang tersentuh pendidikan prasekolah. Sementara itu Angka Partisipasi Kasa (APK) jenjang SD/Sederajat mencatat penurunan tahun ini menjadi 105,62% dari tadinya 106,27% pada 2022.
Sementara untuk APK jenjang di atasnya yakni SMP/Sederajat, SMA/Sederajat dan Perguruan Tinggi, mencatat kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Walau ada kenaikan, akan tetapi capaiannya masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kemendikbud 2020-2024.
Adapun Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk kelompok usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun sudah di atas 95%. Sedang untuk usia 16-18 tahun mencapai 73,42%, lalu untuk usia 19-23 tahun baru sebesar 28,96%.
Sedangkan indikator anak putus sekolah, data Susenas 2023 memperlihatkan semakin tinggi jenjang pendidikan, angka putus sekolah juga semakin tinggi, dengan capaian tertinggi berada di jenjang SM/sederajat sebesar 1,03 persen.
"Mayoritas penduduk 15 tahun ke atas di Indonesia telah mencapai wajib belajar 9 tahun, sebanyak 63,11%. Akan tetapi, masih terdapat ketimpangan tingkat pendidikan yang ditamatkan dari penduduk usia 15 tahun ke atas untuk penduduk yang tinggal di perdesaan, kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah serta para penyandang disabilitas," jelas BPS, dikutip Jumat (8/12/2023).
(rui/roy)