Menurut perkiraan industri berdasarkan data bea cukai, impor stok ayam jenis Grand Parent Stock (Breeding GPS) China telah berkurang lebih dari setengahnya sejak 2022. Jumlah itu masih jauh dari yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan produksi.
Tak hanya wabah flu burung, pembatasan impor yang dilakukan oleh pemerintah China terkait penyebaran covid juga menjadi salah satu penyebabnya.
Menurut data resmi, jumlah ayam broiler GPS yang diperbarui pada tahun 2022 turun lebih dari seperlima. Beberapa sumber dari industri mengatakan beberapa peternak telah dipaksa untuk menjalankan program rontok bulu secara paksa (force molting), sebuah praktik yang memperpanjang usia produktif peternakan ayam.
China mengembangkan ayam broiler bulu putih pertamanya pada tahun 2021, setelah sebelumnya diimpor dari luar negeri selama hampir dua dekade. Tetapi pasar Beijing masih sangat bergantung pada impor luar negeri karena terbatasnya anakan domestik yang belum bisa mengambil alih sebagian besar pasar.
Mengingat keterbatasan yang ditimbulkan oleh flu burung yang melanda dunia, pemerintah mungkin menyiapkan insentif ekspor untuk mempercepat upaya tersebut. Harapannya hal ini dapat membatasi opsi impor. Menurut laporan bulanan dari peternak Yisheng, saat ini China hanya dapat mengimpor dari satu negara bagian AS, Alabama, dan Selandia Baru.
“Jumlah impor stok telah menurun sejak Mei tahun lalu. Kekurangan bibit ayam terlihat meningkat secara bertahap sejak akhir kuartal kedua atau awal kuartal ketiga. Harganya akan menguat.” ujar Shandong Minhe Peternakan Co., Ltd, peternak papan atas China pekan lalu.
--Dengan asistensi Kevin Dharmawan.
(bbn)