Dari kawasan Asia, sentimen outlook utang China masih akan memberati langkah mata uang Asia seperti yang terjadi dua hari terakhir. Moody's, lembaga pemeringkat global, telah menurunkan outlook utang China menjadi negatif, berikut outlook beberapa bank dari Negeri Panda itu.
Sementara dari dalam negeri, rupiah akan menanti hasil survei konsumen terbaru oleh Bank Indonesia yang bisa memberi petunjuk apakah tingkat kepercayaan konsumen masih tinggi atau semakin terkikis akibat lonjakan harga pangan dan pelemahan daya beli.
Kemarin, BI melaporkan posisi cadangan devisa yang naik terbanyak sejak 2021 mencapai US$5 miliar selama November dan mengantarkan posisi cadev menjadi US$138,1 miliar. Namun, sentimen positif itu tetap tidak mampu membantu rupiah yang masih terperosok melemah dan ditutup kehilangan 0,14% dalam perdagangan di pasar spot di Rp15.515/US$. Kurs tengah BI ditutup melemah lebih tajam di Rp15.536/US$.
(rui)