Bloomberg Technoz, Jakarta - Laju inflasi domestik diperkirakan merangkak naik ke level 5,45% pada Februari, dari posisi 5,28% pada awal tahun, demikian prediksi dari ekonom Bloomberg. Tekanan permintaan dan tekanan biaya terutama akan mengerek inflasi inti barang dan jasa.
"Inflasi IHK Indonesia mungkin naik hingga 5,45% YoY pada Februari dari 5,28% Januari," kata Tamara Mast Henderson, ekonom Bloomberg, seperti dikutip dari Bloomberg News, Rabu (1/3/2023).
Di sisi lain, inflasi bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan melandai bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Bila guncangan yang terjadi pada pasokan baru bisa dihindari, inflasi kemungkinan bisa kembali ke target Bank Indonesia di kisaran 2%-4% pada Juni 2023,” jelas ekonom Bloomberg lebih lanjut.

Jika inflasi ke depan bisa kembali ke target BI, maka suku bunga acuan dapat tetap dipertahankan, bahkan bisa mulai diturunkan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, konsensus ekonom yang dirangkum oleh Bloomberg, memperkirakan inflasi Februari akan merangkak ke level 5,42%. Prediksi itu berasal dari 25 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
Dalam catatan pagi yang dibagikan kepada para investor, Samuel Sekuritas memperkirakan tekanan harga secara umum masih dalam tren penurunan kecuali untuk komponen bahan pangan di mana beberapa bahan pokok menunjukkan kenaikan jelang persiapan bulan puasa yang jatuh pada pertengahan bulan ini.
Ini akan mengantarkan inflasi Februari secara tahunan akan lebih tinggi. "Kami memprediksi inflasi bulan Februari 2023 akan melambat ke level 0.20% month-to-month [Januari: 0.34% MoM, konsensus: 0.13% MoM] dengan level year-on-year akan sedikit naik ke 5.51% [Januari: 5.28% YoY, consensus: 5.42% YoY]," tulis Samuel Sekuritas.
(rui)