Meskipun data menunjukkan konsumsi rumah tangga tetap kuat dalam tiga bulan hingga September, kontraksi pada kuartal berikutnya berarti resesi. Survei terbaru menunjukkan bahwa penurunan sektor jasa dan manufaktur di zona euro masih berlanjut.
Bagi Jerman, penurunan produksi tidak terduga; prediksi ekonom median adalah kenaikan 0,2%. Hasilnya menunjukkan bagaimana perekonomian masih berjuang untuk menghilangkan dampak krisis energi pada musim dingin lalu dan penurunan permintaan global.
Produsen – tulang punggung perekonomian Jerman – sangat terdampak oleh mahalnya energi, suku bunga yang lebih tinggi, dan lemahnya permintaan global. Beberapa perusahaan industri besar telah mulai memangkas biaya, dan pembuat bahan kimia BASF SE berencana mengurangi investasi hampir 15% selama empat tahun ke depan.
Data awal pekan ini menunjukkan bahwa pesanan pabrik turun lebih dari yang diperkirakan, sehingga makin meredupkan prospek pemulihan. Gejolak anggaran di Berlin juga membebani prospek Jerman.
Namun, survei terbaru di sana menunjukkan adanya stabilisasi. Prospek bisnis Ifo Institute bulan lalu mencapai angka tertinggi dalam enam bulan. Sementara itu, jajak pendapat terhadap manajer pembelian menyoroti “kelemahan yang cukup besar,” meskipun kondisi yang lebih longgar mendukung kembalinya pertumbuhan.
Negara-negara lain hanya bernasib sedikit lebih baik. Penurunan produksi Prancis sebesar 0,3% selama bulan tersebut disebabkan oleh lebih rendahnya output barang-barang energi dan peralatan. Namun sektor manufaktur, tidak termasuk energi, memperoleh kenaikan sebesar 0,1%.
Pada Kamis, Deputi Gubernur Bank Sentral Prancis Agnes Benassy-Quere menegaskan bahwa, meskipun pertumbuhan di negara tersebut lemah, lembaga tersebut tidak mengantisipasi resesi.
“Skenario utamanya adalah hal ini benar-benar merupakan soft landing bagi perekonomian global dan Eropa,” katanya.
Penurunan produksi industri Italia sebesar 0,2% lebih baik dibandingkan dengan penurunan sebesar 0,4% yang diantisipasi oleh para ekonom.
(bbn)
