Pada Jumat malam (1/12/2023) banjir bandang dan longsor menerjang kawasan pemukiman penduduk di Desa Simangulampe. Sedikitnya dua orang korban telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Padahal kawasan ini seharusnya bukan daerah rawan bencana menurut catatan BNPB bahkan sejak enam tahun lalu.
"Surprise juga ya (kejadian banjir bandang dan longsor). Artinya BNPB sudah menyusun kajian risiko detail di kawasan pariwisata prioritas salah satunya adalah Danau Toba. Kita tidak memasukkan Humbang Hasundutan karena dari sisi historis itu bukan daerah merah (rawan bencana)," ujar Kepala Pusdatin BNPB, Abdul Muhari dalam konferensi pers, Selasa (5/12/2023).
Humbahas kata dia, tidak termasuk kabupaten prioritas yang dikaji dari sisi kebencanaan. Alasannya, dalam 6 tahun terakhir Humbang Hasundutan tidak termasuk dalam daerah terdampak banjir.
Sementara itu sekitar 200 orang terdampak bencana banjir ini dan harus mengungsi. Rumah mereka rusak berat tersapu banjir. Sebagian sementara mengungsi di bawah tenda yang dipasang di belakang Kantor Kecamatan Baktiraja. Setidaknya hingga 35 kepala keluarga terdampak banjir bandang yang juga merusak rumah ibadah tersebut.
Komunitas marga asal Humbahas menyampaikan keprihatinan atas kondisi kampung halaman. Mereka juga mengumpulkan dana yang akan disalurkan kepada korban bencana. Komunitas marga yakni Parsadaan Borsak Sirumonggur Boru Bere Saportibi (PBSS) salah satu yang mengumpulkan donasi apalagi dari korban, terdapat anggota keluarga marga Sihombing.
"PBSS turut berduka (ada korban meninggal) dan turut berpartisipasi aktif lewat donasi kami di PBSS khususnya salah satu korban bencana itu berasal dari keluarga Sihombing," kata Ketua Umum PBSS 2023-2028 Pdt Rosben Sihombing.
Dia berharap tim SAR bisa segera menemukan korban yang masih hilang akibat bencana tersebut.
(ezr)