TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan China ByteDance, dan jaringan media sosial lainnya juga telah dikritik karena menyebarkan informasi keliru pada perang Hamas-Israel. TikTok mendapat tekanan karena dituduh meningkatkan eksposur konten antisemitisme. Anggota Kongres AS, Seth Moulton, mengatakan bahwa China tampaknya telah menggunakan Australia sebagai “kasus uji coba untuk merongrong demokrasi”.
Mantan senator Partai Buruh Sam Dastyari dipaksa mengundurkan diri pada tahun 2017 karena hubungannya dengan donor utama Tiongkok, dan atas pernyataan publiknya yang mendukung kebijakan Beijing di Laut China Selatan.
Garnaut juga mendapat pertanyaan tentang apa yang dapat dilakukan Beijing lewat TikTok untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum AS atau opini publik tentang konflik di Taiwan.
“Saya pikir potensi untuk membentuk lingkungan informasi secara radikal, terutama bagi kaum muda Amerika, sangat besar,” katanya. “Anda dapat membayangkan disinformasi disalurkan ke konstituen tertentu tertentu pada isu-isu tertentu," katanya, menyoroti kemampuan untuk memanipulasi opini publik pada "saat-saat penting".
TikTok adalah platform social commerce yang populer. Penggunanya di AS mencapai 150 juta user aktif, di bawahnya ada Indonesia dengan 125 juta user aktif. Pasar TikTok adalah kalangan muda berusia 18 hingga 30 tahun dan memandang aplikasi ini sebagai sumber utama pencarian informasi atau berita.
TikTok telah dilarang dipakai seabgai perangkat di pemerintah AS dan Australia karena ada kekhawatiran China dapat menggunakan algoritma untuk memanipulasi konten dan memengaruhi opini.
Ketua komite Mike Gallagher mengatakan, “Di peperangan tanpa asap Xi, TikTok adalah senjata yang sempurna. TikTok tersamarkan di depan mata.”
Sedangkan Miles Yu mengatakan China menggunakan platform lain, termasuk aplikasi perpesanan Tiongkok WeChat, bersama dengan Hollywood dan National Basketball Association (NVA) untuk mempengaruhi opini. Dia mengutip kanal TV yang dipasang pada ratusan ribu rumah di Amerika di mana pemirsa dapat menonton setiap saluran TV di Cina. Perangkat serupa serupa juga digunakan di Australia.
“Setiap masyarakat Tiongkok sudah jenuh dengan perangkat ini. WeChat digunakan untuk mengontrol komunikasi di luar dan di dalam China," Wang mengutip X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, sebagai platform media sosial lain yang berpotensi terkena pengaruh China.
X dimiliki oleh pimpinan Tesla, Elon Musk, yang memproduksi kendaraan listrik di China. “Musk mungkin sangat rentan terhadap tekanan dari Beijing karena dia memiliki kepentingan bisnis yang signifikan di Tiongkok, dan PKT sangat ahli dalam memanfaatkan akses bisnis asing ke negara itu untuk memaksa mereka menarik garis partai," katanya.
Gagasan Kongres untuk membatasi TikTok telah terjadi awal tahun ini, dengan Partai Republik dan Demokrat sepakat menggambarkan TikTok sebagai ancaman keamanan nasional paling serius di AS. Namun fokus terbelah dengan isu pemerintahan dan keluarga Joe Biden.
Namun anggota yang fokus pada TikTok tetap memberi suara lantang untuk melarang aplikasi paling populer di AS tersebut. Bahkan terdapat usulan agar ByteDance menjual TikTok, yang salah satunya disampaikan Perwakilan Dan Crenshaw, seorang anggota Partai Republik dari Texas, dilaporkan Bloomberg News bulan Juni.
- Dengan asistensi Michael Smith dan Anna Edgerton.
(wep/roy)