Endah beberapa kali juga lebih memilih untuk membeli minyak goreng kemasan dengan harga Rp32.000/2 liter untuk mendapatkan kualitas yang bagus. Dirinya pun hanya sesekali membeli Minyakita ketika sedang kondisi tidak memiliki uang.
“Kalau lagi kepepet, gak ada duit, mau gak mau beli Minyakita,” ujarnya.
Perbedaan yang paling mencolok, kata Endah, adalah kondisi minyak goreng setelah pemakaian. Ketika menggunakan Minyakita, minyak langsung berubah keruh hanya dengan 1 kali pemakaian. Padahal, minyak goreng kemasan lainnya hanya akan berubah menjadi keruh setelah 3 kali pemakaian.
“Jadi baru sekali pakai langsung agak coklat. Kalau beningnya sama pas sebelum dipakai, tapi kalau sudah digoreng langsung keliatan item, kalau yang lain tidak. Bedanya 2 hari atau 3 kali pakai,” ujar Endah.
Senada, Yanti (48) yang merupakan seorang ibu rumah tangga mengeluhkan hal yang sama. Dirinya pernah mendapatkan Minyakita yang warna nya lebih pekat dan memilih beralih ke minyak goreng kemasan lainnya dengan harga yang tidak jauh berbeda.
“Pernah dapat satu itu warnanya lebih oren memang, lebih kental. Berarti gampang ganti, biasanya kalau minyak yang bersih kan 2-3 kali goreng. Kalau ini sekali goreng dia sudah hitam,” ujar Yanti.
Ketika ditanya tanggapan mengenai pemerintah yang membuka peluang untuk menaikan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita menjadi Rp15.000, Yanti tidak setuju. Apalagi, saat ini harga-harga bahan pokok lainnya sudah mengalami kenaikan.
“Jangan dinaikkan, bila perlu diturunkan, Rp10.000 atau Rp9.000. Jangan naik, ini semua apa-apa sudah naik, cabai mahal sekilo Rp120.000,” ujar Yanti.
Menurut Yanti, konsumen juga berpeluang untuk beralih ke minyak goreng kemasan lain dengan harga yang tidak berbeda jauh bila terdapat kenaikan HET.
Sementara, Endah meminta agar kenaikan HET tidak terlalu tinggi, atau hanya sebesar Rp1.000 dari HET awal Rp14.000/liter.
Awal Mula Minyakita
Sebagai informasi, Minyakita merupakan minyak goreng kemasan rakyat dengan merek yang diluncurkan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada Rabu (6/7/2022). Minyakita pun dibanderol dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000/liter.
Adapun peluncuran Minyakita menjadi upaya pemerintah mendistribusikan minyak goreng hasil alokasi pasar dalam negeri (domestic market obligation/DMO) melalui kemasan sederhana.
Zulhas, sapaan akrabnya, mengatakan minyak goreng kemasan sederhana dapat mempermudah masyarakat
mendapatkan minyak goreng. Selain itu, minyak goreng kemasan sederhana juga akan
mempermudah distribusi agar merata di seluruh Indonesia.
Dilansir melalui Portal Informasi Indonesia atau Indonesia.go.id, Zulhas mengatakan bahwa saat dilantik menjadi Menteri Perdagangan, Presiden Joko Widodo memintanya agar dapat menurunkan harga minyak goreng dalam satu bulan ke level Rp14.000/liter.
"Saat dilantik, Presiden Jokowi memberikan amanat agar menyelesaikan masalah minyak goreng dalam sebulan. Dua minggu kemudian, harganya sudah turun ke Rp14.000 di Jawa, Bali, Sumatra. Dengan diluncurkannya Minyakita, diharapkan dua minggu mendatang, harganya sudah berada di bawah Rp14.000 untuk seluruh Indonesia," kata Zulhas, dikutip melalui melalui Portal Informasi Indonesia.
Wacana Kenaikan HET jadi Rp15.000/liter
Zulhas mengungkap kemungkinan menaikkan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita menjadi Rp15.000/liter.
Kemungkinan itu terungkap usai pemerintah mengakui menemukan harga Minyakita di pasar tradisional yang dijual hingga Rp15.000/liter, atau di atas HET Rp14.000/liter. Meski terbuka kajian, Zulhas mengatakan pemerintah belum memutuskan untuk menaikan Minyakita di atas HET.
“Tapi kita belum memutuskan, harus rapat Menteri Koordinasi (Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto) dulu untuk jadi Rp15.000/liter,” ujar Zulhas saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (30/10/2023).
Namun, Zulhas mengatakan, sementara ini Kementerian Perdagangan akan mentoleransi kenaikan harga Minyakita di atas HET hingga Rp15.500/liter di pasar tradisional.
(dov/ain)