Banyak ekonom atau analis menyebut soal ‘Taylor Effect,’ sehingga banyak negara yang memohon kedatangan dirinya untuk menggelar konser di negara mereka. Seperti Thailand, Hungaria dan Republik Chili.
Film tur konser Taylor Swift, The Eras Tour, langsung menjadi film konser paling laku sepanjang masa setelah penjualan tiket bioskop di akhir pekan yang jauh melewati film konser Justin Bieber dan mendiang Michael Jackson.
Periset pasar Comscore Inc. mengatakan film The Eras Tour menghasilkan pemasukan sekitar US$96 juta (Rp 1,5 triliun) dari penjualan tiket di bioskop Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Bahkan film tur konser ini berhasil mempertahankan posisi teratas di box office selama dua pekan berturut-turut. Mengalakan film karya Martin Scorsese yang dibuat untuk ditayangkan di platform streaming milik Apple Inc.
Lalu, setidaknya ada 10 kelas perguruan tinggi yang ditujukan untuknya, termasuk di Universitas Harvard. Di mana salah satu profesornya, Stephanie Burt, mengatakan kepada TIME bahwa dia berencana untuk membandingkan karya Swift dengan penyair William Wordsworth.
“Ini adalah saat-saat paling membanggakan dan membahagiakan yang pernah saya rasakan, serta kebebasan dalam berkreativitas kini terpenuhi,” kata Taylor Swift dikutip dari wawancara bersama majalah TIME.
Hubungan Taylor dengan Travis Kelce pemain Kansas City Chiefs juga membuat Penonton acara NFL meningkat 6% musim ini.
Peningkatan dalam pemirsaan TV bisa disebabkan oleh berbagai faktor selain masalah tenaga kerja di Hollywood, termasuk beberapa pertandingan besar. Hubungan Taylor Swift dengan tight end Kansas City Chiefs, Travis Kelce, juga menjadi daya tarik, mengingat kemunculannya yang sering dalam pertandingan dengan teman-teman dan keluarga pemain.
"Taylor Swift tidak merugikan pemirsa NFL," kata CEO DraftKings Inc., Jason Robins, di Bloomberg TV. Dia juga menambahkan bahwa Taylor ”membawa beberapa pemirsa baru."
Bagaimana Taylow Swift bisa menjadi miliarder?
Sebagian besar kekayaan Taylor didapatkan dari tur, penjualan musik dan streaming, ditambah dengan properti real estate dan katalog lagunya.
Untuk katalog lagu atau penjualan lagu, Taylor kira-kira mendapatkan sekitar US$400 juta sejak tahun 2019.
Dari penjualan tiket konser dan merchandise, Taylor mendapatkan US$370 juta. Dari layanan streaming di Spotify dan YouTube, Taylor mengumpulkan US$120 juta.
Saat ini taylor memiliki 5 personal properties yang harganya dikisar sebesar US$110 juta. Dan royalti musik sebanyak US$80 juta.
"Ini merupakan perpaduan dari orang-orang yang memiliki tabungan, orang-orang yang memiliki keinginan untuk berbelanja, dan kenyataan bahwa dia telah menghasilkan sejumlah album yang bagi banyak orang adalah soundtrack pandemi,” kata ahli ekonomi praktis yang merupakan profesor di Columbia Business School, Brett House.
(spt)