Bloomberg Technoz, Jakarta - Posisi cadangan devisa Indonesia pada November tercatat naik sebesar US$ 5 miliar menjadi US$ 138,1 miliar, tertinggi sejak Mei 2023.
Kenaikan cadev bulan November juga menjadi kenaikan terbesar dalam satu bulan setidaknya sejak Agustus 2021.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan, kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," jelas Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI dalam pernyataan, Kamis (7/12/2023).
BI menilai, posisi cadev ke depan masih akan memadai didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sebelum mencatat kenaikan lagi bulan ini, tiga bulan sebelumnya nilai cadangan devisa RI terkuras sedikitnya hingga US$4,57 miliar akibat tekanan ketidakpastian global yang menyulut pelarian modal asing keluar dari pasar dalam negeri.
Namun, dengan saat ini nilai tekanan global sudah jauh berkurang seiring dengan menguatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memulai pivot atau berbalik arah memangkas bunga acuan paling cepat pada Maret 2024, animo pemodal ke pasar negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia akan kembali bangkit.
Selain karena suntikan valas dari penarikan sukuk global, cadev juga terungkit valas tambahan dari lelang sekuritas baru Bank Indonesia mulai bulan kemarin.
BI telah menggelar beberapa kali lelang sekuritas valas baru tenor pendek, yakni Sertifikat Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SUVBI) yang telah menarik dana valas masuk sekitar US$507,5 juta. Ada juga potensi tambahan dari penerapan penempatan wajib devisa hasil ekspor (DHE) yang sudah dilangsungkan sejak Agustus lalu.
Pada Oktober lalu, posisi cadev RI terperosok ke level terendah sejak Juni 2020. Cadev banyak terkuras untuk menstabilkan nilai rupiah yang mengalami tekanan hebat dan nyaris menjebol Rp16.000/US$ sejurus dengan peningkatan ketidakpastian global ketika itu.
Kini dengan berbaliknya sentimen global di mana berbagai data perekonomian terakhir Amerika memperkuat ekspektasi bahwa bunga acuan The Fed sudah menyentuh puncak dan ada peluang penurunan pada Maret 2024, itu bisa memantik kembalinya modal asing masuk ke pasar domestik.
(rui)