Perdagang di TikTok juga tidak berhenti, mereka tetap mempromosikan barang di platform milik ByteDance ini, dengan mengajak pembelinya melakukan ‘checkout’ atau pembayaran di media sosial WhatsApp, ataupun ke platform Lazada atau Shopee. Juga turut memlavadasi TikTok Shop masih menjadi aplikasi belanja online nomor tiga di kawasan, tulis Lim, lewat perhitungan jumlah aplikasi mobile yang diunduh versi Sensor Tower, hingga November.
Posisi Shein adalah di bawah TikTok Shop, dan telah unggul dari Lazada untuk menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Filipina.
“Shopee dapat tetap menjadi aplikasi belanja No. 1 di kawasan ini karena konten dengan format live-streaming. Temu, yang juga populer di Filipina, dapat menerima lebih banyak dukungan dari induk perusahaan PDD, yang kaya ekuitas,” papar dia. PDD merupakan pemain e-commerce nomor dua terbesar di China.
Shopee Dengan Dukungan Sea Dipercaya Makin Ofensif
Dengan dukungan likuiditas dari induk usaha, Sea Limited, Shopee akan berupaya mempertahankan pangsa pasar dan posisinya di kawasan Asia Tenggara. Sea diperkirakan terus memberikan dukungan keuangan yang cukup karena arus kas grup ini amat kuat.
Kas Sea telah positif selama empat kuartal berturut-turut di kuartal ketiga dengan nilai kas mencapai US$7,2 miliar. Sea adalah yang pertama juga merupakan perusahaan teknologi besar di kawasan yang telah mencatatkan laba bersih pada kuartal empat 2022.
Baca Juga: Perjalanan TikTok Shop: Sukses di RI, Terdepak Hingga Comeback
Pencapaian Sea dengan pertumbuhan e-commerce tak mampu belum mampu mempertahankan kinerja. Pada kuartal terakhir Sea membukukan kerugian bersih sebesar US$149 juta, dibandingkan dengan laba US$322 juta pada kuartal sebelumnya. Ini terjadi di tengah kebangkitan TikTok Shop.
“Namun, peningkatan laba bersih layanan keuangan digital Sea dan keuntungan pada digital entertainment akan membantu menopang arus kas bebas. Hal ini akan memungkinkan Sea memperluas layanan live streaming terutama di Indonesia, di mana penetrasi TikTok Shop, berdasarkan konversi pembeli di kalangan pengguna online, di daerah pedesaan seperti Sulawesi Selatan, populasi dari sembilan juta orang, telah diperoleh di Shopee,” tulis dia.
Lazada Mungkin Ambil Posisi Defensif
Suntikan dana terbaru Alibaba sebesar US$845 juta kepada Lazada, unit e-commerce perusahaan milik Jack Ma di pasar Asia Tenggara ini ditengarai tidak membuat posisi perusahaan lebih agresif. Sejak diakuisisi tahun 2016, Alibaba total telah mengeluarkan dana untuk Lazada sebesar US$6 miliar.
Di sisi lain Alibaba sebagai perusahaan teknologi besar China bermaksud tetap menumbuhkan nilai transaksi (GMV) regional menjadi US$100 miliar pada tahun 2030, atau meningkat dari capaian 12 bulan yang berakhir September 2021 sebesarUS$21 miliar. Sasaran ini ditetapkan pada Desember 2021, sebelum a reorganisasi yang diumumkan pada Maret 2023.
Strategi baru Alibaba untuk mengembangkan bisnis di luar China karena ketatnya persaingan, dipandang Bloomberg Intelligence, pasti akan meningkatkan rivalitas yang sama khususnya dengan pemain terbesar di kawasan, Shopee. Lazada masih mungkin bisa mengalahkan platform marketplace yang leih kecil, termasuk Amazon di ASEAN.
Konsensus memperkirakan penjualan Alibaba International Digital Commerce Group, yang sebagian besar didorong oleh Lazada, akan naik 23% rata-rata per tahun pada 2023 hingga 2026, lebih cepat dari laju 19% pada tahun 2020 hingga 2023.
Shein Peritel Online Fashion yang Tengah Naik Daun
Shein adalah perusahaan baru yang asli China namun berkantor pusat di Singapura. Menjalankan bisnis penyediaan pakaian trendi dengan harga murah. Shein dikabarkan tengah mempersiapkan dokumen pengajuan IPO (initial public offering) yang dapat dilakukan tahun depan.
Shein sedang naik daun dengan perusahaan diperkirakan memiliki valuasi hingga US$90 miliar (Rp1.391 triliun)dalam penawaran umum perdananya di Amerika Serikat (AS). Penjualan yang diestimasikan oleh Shein sekarang jauh melampaui Zara dan H&M di pasar pakaian cepat di AS. Di luar prestasi dari sisi bisnis, Shein mendapat kritik karena memproduksi pakaian berkualitas rendah. Shein juga menggunakan kapas dari wilayah China yang dituduh menggunakan tenaga kerja paksa.
Dengan peta terbaru industri fast fashion ini membuat Amazon.com Inc memangkas biaya untuk penjualan pakaian di bawah US$20. Hal ini menandkan Amazon siap untuk memulai perang harga dengan Shein.
(ros/roy)