Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai cadangan devisa (cadev) Indonesia pada November diperkirakan akan mencatat kenaikan setelah mengalami penurunan dalam tiga bulan beruntun. Kenaikan nilai cadev akan memberi kepercayaan diri pada rupiah yang sejauh ini sudah lebih stabil seiring mulai masuknya modal asing ke pasar domestik.
Dalam tiga bulan terakhir, nilai cadangan devisa RI terkuras sedikitnya hingga US$4,57 miliar akibat tekanan ketidakpastian global yang menyulut pelarian modal asing keluar dari pasar dalam negeri.
Namun, dengan saat ini nilai tekanan global sudah jauh berkurang seiring dengan menguatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memulai pivot atau berbalik arah memangkas bunga acuan paling cepat pada Maret 2024, animo pemodal ke pasar negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia akan kembali bangkit.
Di sisi lain, langkah pemerintah menarik utang baru melalui penerbitan sukuk global senilai US$ 2 miliar pada awal November lalu, akan mendongkrak nilai cadev bulan lalu.

"Kami perkirakan cadangan devisa November akan meningkat menjadi US$135 miliar hingga US$137 miliar, terbantu penerbitan global sukuk dan pelaksanaan lelang sekuritas baru BI yaitu SVBI dan SuVBI yang sejauh ini berhasil menarik dana valas baru," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatannya, dikutip Rabu (6/12/2023).
Sejauh ini, BI telah menggelar beberapa kali lelang sekuritas valas baru tenor pendek, yakni Sertifikat Valas (SVBI) dan Sukuk Valas (SUVBI) yang telah menarik dana valas masuk sekitar US$507,5 juta. Ada juga potensi tambahan dari penerapan penempatan wajib devisa hasil ekspor (DHE) yang sudah dilangsungkan sejak Agustus lalu.
Pada Oktober lalu, posisi cadev RI terperosok ke level terendah sejak Juni 2020. Cadev banyak terkuras untuk menstabilkan nilai rupiah yang mengalami tekanan hebat dan nyaris menjebol Rp16.000/US$ sejurus dengan peningkatan ketidakpastian global ketika itu.
Kini dengan berbaliknya sentimen global di mana berbagai data perekonomian terakhir Amerika memperkuat ekspektasi bahwa bunga acuan The Fed sudah menyentuh puncak dan ada peluang penurunan pada Maret 2024, itu bisa memantik kembalinya modal asing masuk ke pasar domestik.
Tren itu sudah terlihat dalam tiga pekan terakhir di mana selama November lalu, modal asing mencatat posisi beli bersih di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp23,3 triliun. Selama Januari-November 2023, pemodal asing telah memborong Rp71,69 triliun SBN, dan membeli Rp37,27 triliun di SRBI. Namun, pemodal asing masih mencatat posisi jual neto di pasar saham sebesar Rp15,22 triliun.
Bank Indonesia dijadwalkan merilis data terbaru posisi cadangan devisa November pada Kamis, 7 Desember esok hari.
(rui/roy)