Pemerintah China telah mengkritik perubahan outlook Moody's sejak diumumkan pada hari Selasa. Mereka menunjukkan ketidakpuasan dengan keputusan tersebut. Kementerian Keuangan China menyatakan bahwa ekonomi negara ini "sangat tangguh dan memiliki potensi besar." Mereka menambahkan, dampak gejolak di sektor properti dapat dikendalikan dengan baik.
Tak lama setelahnya, lembaga pemeringkat terkemuka di China, China Chenxin International Credit Rating Co membela kredibilitas surat utang negara tersebut. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa outlook terhadap obligasi negara stabil.
Laporan tersebut menekankan bahwa pemerintah China "masih punya banyak ruang untuk mengendalikan peningkatan risiko utang jika dibandingkan dengan negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat."
Qiao Baoyun, seorang profesor di Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi di Beijing, juga mengecam Moody's dalam laporan yang sama. Pendapat mereka tentang risiko utang yang dihadapi oleh local government financing vehicles (LGFV) atau perusahaan yang memberikan talangan utang kepada pemerintah daerah dianggap tidak akurat. Qiao menambahkan, pemerintah telah mengumpulkan sejumlah besar aset berkualitas setelah bertahun-tahun melakukan investasi infrastruktur, dan hal ini harus dipertimbangkan.
Media negara China juga memberikan gambaran optimistis untuk saham domestik pada tahun 2024. Securities Times menyatakan dalam sebuah laporan yang mengutip analis bahwa ekuitas akan mengalami "bull market" yang ringan karena kebijakan pemerintah membantu perekonomian.
Pada hari Rabu, Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) meningkatkan dukungannya terhadap yuan melalui penetapan kurs referensi harian. Selisih antara kurs referensi harian dan perkiraan rata-rata dalam survei Bloomberg oleh analis dan trader merupakan yang terbesar dalam dua pekan. Hal ini merupakan pertanda bahwa pemerintah China sedang meningkatkan upayanya untuk mencegah penurunan nilai mata uang.
(bbn)